Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inggris Diprediksi Jadi Negara Pertama yang Berhasil Keluar dari Pandemi Covid-19

Kompas.com - 14/01/2022, 10:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber CNBC

KOMPAS.com - Ilmuwan menyebut Inggris diprediksi akan menjadi negara pertama yang berhasil keluar dari situasi pandemi Covid-19. Hal ini dikarenakan imunitas penduduk di Inggris dinilai sudah tinggi untuk melawan virus corona.

Meski negara tersebut banyak mendapatkan kritikan terkait pembatasan wilayah dalam menghadapi gelombang Omicron menjelang Natal tahun lalu, nyatanya menurut profesor dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, Prof David Heymann tingkat imunitas penduduk Inggris sudah bisa mencegah Covid-19.

“Inggris adalah yang paling mendekati dibandingkan negara mana pun untuk keluar dari pandemi,” katanya.

Melansir CNBC, Rabu (12/1/2022) Heymann berkata, pandemi Covid-19 di Inggris mungkin akan segera menjadi epidemi.

Baca juga: Kasus Kematian akibat Varian Omicron Dilaporkan di 4 Negara, Inggris Tertinggi

"Negara-negara saat ini melihat imunitas populasi meningkat, dan itu tampaknya mencegah virus, tidak menyebabkan penyakit serius atau kematian di negara-negara di mana kekebalan populasi tinggi," imbuhnya.

Sementara itu, Heymann mengatakan berdasarkan data terbaru dari otoritas statistik Inggris tentang kekebalan, diperkirakan bahwa 95 persen populasi di Inggris memiliki antibodi tinggi terhadap infeksi virus, baik karena vaksinasi Covid-19 maupun infeksi sebelumnya.

"Mayoritas dari mereka yang berada di unit perawatan intensif sekarang adalah orang yang tidak divaksinasi," tutur Heymann.

Di sisi lain, pejabat kesehatan global menyatakan bahwa masih terlalu awal untuk menyebut pandemi Covid-19 telah memasuki fase 'endemik'.

Sejak pertama kali ditemukan di Afrika Selatan pada akhir November 2021, varian Omicron dilaporkan menyebar dengan cepat, dan Inggris adalah salah satu negara pertama yang terkena dampak virus varian baru yang sangat menular itu.

Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkhawatirkan adanya varian Omicron dapat merusak efektivitas dari vaksin yang ada saat ini.

Baca juga: Inggris Setujui Obat Covid-19 Sotrovimab, Tampaknya Bisa Lawan Omicron

Akan tetapi, pemerintah Inggris dalam beberapa pekan terakhir tidak memberlakukan pembatasan wilayah, lantaran Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan bahwa masyarakat harus belajar untuk hidup dengan virus.

Negara tersebut telah mempertahankan aturan ini, walaupun negara di Eropa lainnya sudah mulai memberlakukan pembatasan yang lebih ketat.

Jumlah kasus Covid-19 harian yang dilaporkan oleh Inggris terus menurun meskipun masih tetap pada tingkat yang tinggi. Pada hari Selasa, (11/1/2022) Inggris mencatat lebih dari 120.000 kasus.

Kendati kasus rawat inap akibat varian Omicron rendah, rumah sakit di seluruh wilayah Eropa sudah bersiap untuk menghadapi ancaman gelombang infeksi baru.

Di samping itu, banyak penelitian menyebut varian B.1.1.529 atau Omicron menyebabkan penyakit yang lebih ringan dibandingkan varian Delta.

Vaksin Covid-19 juga telah menawarkan perlindungan tinggi terhadap penyakit parah, rawat inap dan kematian. Kini, beberapa ahli pun menyatakan bahwa pemberian vaksin booster secara signifikan meningkatkan perlindungan terhadap varian Omicron.

Baca juga: Ilmuwan Inggris: Varian Omicron Tak Sama dengan Covid-19 di Awal Pandemi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com