Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satu Kasus Omicron di Indonesia, Epidemiolog: Tes Semua Orang yang Melakukan Kontak

Kompas.com - 16/12/2021, 17:37 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengumumkan satu kasus positif Covid-19 akibat penularan varian B.1.1.529 atau Omicron terdeteksi di Indonesia.

Terkait hal itu, epidemiolog menyarankan untuk dilakukan penelusuran kontak seminggu terakhir dan tes PCR pada orang-orang yang berada satu lorong dengan pasien di RS Wisma Atlet.

Menkes Budi mengungkapkan, kasus pertama penularan varian Omicron di Indonesia ini terdeteksi pada seorang petugas kebersihan yang bertugas di RS Wisma Atlet.

Baca juga: Kasus Pertama Varian Omicron Terkonfirmasi di Indonesia, Menkes Budi Sebut Tanpa Gejala

"Ada tiga orang pekerja kebersihan di Wisma Atlet yang pada 8 Desember lalu dites dan hasilnya positif (Covid-19). Kemudian, pada 10 Desember dikirim ke Balitbangkes untuk dilakukan genome sequencing," kata Budi dalam konferensi pers, Kamis (16/12/2021).

"Hasil keluar pada 15 Desember, yakni dari tiga orang yang positif tadi, satu orang dipastikan terdeteksi (terpapar) varian Omicron," tambahnya.

Menanggapi penemuan kasus pertama varian Omicron di Indonesia, Epidemiolog Indonesia untuk Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, bahwa kemampuan replikasi dan penularan varian baru Omicron ini lebih cepat, maka sudah seharusnya dilakukan penelusuran secara intensif pada kasus pertama ini.

Memang diakui Dicky, apa yang dilakukan pemerintah saat ini untuk melakukan genome sequencing dan transparan terhadap data infeksi varian baru Omicron sudah tepat, mengingat penularan varian Omicron jauh lebih cepat dibandingkan varian Delta.

Meski demikian, pemeriksaan menyeluruh tetap diperlukan.

"Menurut saya jauh lebih benar lagi, lebih adekuat lagi kalau yang satu lantai itu (dengan pasien terinfeksi Omicron) atau satu lorong itu diperiksa semuanya, tes PCR," kata Dicky kepada Kompas.com, Kamis (16/12/2021).

Baca juga: Kasus Pertama Varian Omicron Terdeteksi di RI, BNPB: Tidak Perlu Panik

"Kalau ada yang posif dalam artian tidak harus melihat hasil whole genome sequencing-nya dulu, kalau setidaknya S-gen (Spike gen) virus tersebut tidak terdeteksi, ya sudah itu sudah bisa masuk dalam kasus (infeksi varian) Omicron," tambahnya.

Bahkan, kata Dicky, seharusnya bukan hanya orang-orang yang melakukan karantina dalam satu lorong, melainkan juga siapa saja yang pernah melakukan kontak dengan pasien terinfeksi varian Omicron selama minimal satu minggu terakhir harus ditelusuri dan dilakukan tes PCR.

"Petugas ini kontak dengan siapa aja, di-tracing (telusuri), kemudian di-tracking, kemudian itu semua dilakukan tes, jangan nunggu lama, semua di-suspend dulu yang melakukan kontak itu, karantina dan diperiksa, di tes dan PCR," tegasnya.

Selain itu, ia juga menyarankan jika perlu setelah ditemukannya kasus infeksi varian Omicron pertama ini harus dilakukan pengamatan tambahan karantina.

Baca juga: Mengapa Varian Omicron Ditemukan Jelang Libur Nataru? Ini Penjelasan Ahli

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com