Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/12/2021, 18:01 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Varian baru Omicron yang ditemukan menjelang akhir tahun 2021 ini menuai polemik di masyarakat. Sebagian orang menduga varian Omicron hanyalah skenario yang mengancam libur natal dan tahun baru (Nataru). Benarkah demikian?

Menanggapi hal ini, Direktur Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Prof. dr. Amin Soebandrio PhD, SpMK menegaskan, bahwa tidak ada orang yang benar-benar menginginkan pandemi Covid-19 ini terjadi. 

Perihal seringnya varian baru muncul menjelang libur panjang, seperti kondisi varian Omicron saat ini yang ditemukan menjelang nataru, Amin berkata bahwa ini adalah tanda pergerakan di masyarakat beberapa waktu belakangan memang semakin masif tak terjaga.

Baca juga: Virus Corona Varian Omicron Terdeteksi di Malaysia dan Singapura

"Memang semakin banyak negara yang terdampak, karena pergerakan manusia yang masif," kata Amin kepada Kompas.com, Jumat (3/12/2021).

Dalam ilmu pengetahuan tentang biologi molekuler, mutasi yang terjadi pada virus itu merupakan hal yang wajar. Mutasi ini akan terjadi pada setiap jenis virus, bukan hanya virus corona jenis baru SARS-CoV-2.

Namun, pada setiap mutasi yang terjadi tidak semuanya akan menghasilkan varian yang lebih berbahaya dan lebih menular dari virus aslinya. Ada saja mutasi virus yang justru menghasilkan varian dengan kekuatan yang jauh lebih rendah, akibat infeksi dan penularannya.

Prof Amin menambahkan, kondisi ditemukannya varian baru Omicron saat ini memang menandakan bahwa situasi sudah sangat serius.

Perlu diketahui bahwa mutasi virus akan semakin sering terjadi dan bisa saja mencapai ratusan ribu kali, jika penularannya masif.

Saat dihubungi terpisah, Jumat (3/12/2021), Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman juga mengatakan, varian Omicronn yang baru ditemukan dan langsung masuk dalam kategori variant of concern (VoC) merupakan pertanda yang sangat serius.

"Ini namanya tsunami disabilitas, akibat jangka panjang Covid-19 yang tidak terdeteksi dan tertangani dengan baik," kata Dicky.

Dicky mengingatkan masyarakat, meskipun angka kasus infeksi Covid-19 saat ini sudah mulai menurun, bukan berarti pandemi Covid-19 sudah berakhir. Sehingga, semua orang benar-benar harus sabar, serta tetap berusaha menjaga diri sampai Covid-19 resmi dinyatakan bukan lagi pandemi.

"Mencegah lebih baik daripada terinfeksi Covid-19," jelasnya.

Baca juga: Varian Omicron Terdeteksi di Negara Tetangga, Epidemiolog: Bisa Masuk Indonesia dalam Waktu Dekat

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com