Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Olahraga untuk Diet, Ahli Sebut Tolok Ukurnya Denyut Jantung

Kompas.com - 07/01/2021, 12:02 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Jika Anda sedang melakukan program diet untuk menurunkan berat badan dengan olahraga, pastikan tolok ukur keberhasilan itu bukan berkeringat, tetapi perhitungan denyut jantung.

Mungkin Anda pernah mendengar pernyataan bahwa kalau tidak berkeringat artinya olahraga yang dilakukan tidak benar atau belum betul-betul berolahraga.

Ternyata pernyataan ini dianggap keliru oleh Dokter Spesialis Olahraga dr Michael Triangto SpKO, Sports Medicine Spesialist dari Slim + Health Sports Therapy.

Menurut Michael, pernyataan tanda-tanda olahraga yang dilakukan seseorang itu dinyatakan berhasil jika sudah berkeringat itu salah.

"Ini (pemahaman) yang selama keliru, dibilang kalau nggak berkeringat berarti belum olahraga namanya, itu belum tentu," kata Michael kepada Kompas.com, Selasa (5/1/2021).

Baca juga: Olahraga di Rumah Terbaik untuk Bakar Lemak dan Turunkan Berat Badan

 

Michael memberikan analogi bahwa banyak aktivitas-aktivitas sehari-hari lainnya yang juga bisa menghasilkan keringat, tetapi tidak termasuk olahraga, seperti menyapu, mengepel, memasak, berkebun dan lain sebagainya.

Sehingga, jika kegiatan yang menghasilkan keringat dianggap bentuk olahraga yang baik dan berhasil, maka dengan melakukan kegiatan-kegiatan tersebut seseorang tidak membutuhkan lagi olahraga, tetapi pada mekanisme tidak begitu.

"Keringat itu bukan menjadi patokan (olahraga berhasil)," ujarnya.

Sebab, pada orang yang sedang mengalami dehidrasi atau kondisi suatu penyakit yang menyebabkan dehidrasi tersebut, maka keringat akan susah untuk keluar meskipun sudah sekeras apa pun olahraga yang dilakukan.

Baca juga: 4 Anggapan Masyarakat tentang Olahraga, dan Faktanya Menurut Dokter

 

Justru, jika olahraga dengan target mengeluarkan keringat yang diharapkan pada orang dengan dehidrasi, maka sangat mungkin orang tersebut bisa jatuh pingsan atau tidak sadarkan diri karena kelelahan.

Jadi, apa batasan atau tolok ukur keberhasilan olahraga itu?

Michael menyebutkan, jika Anda berolahraga, maka pola pikir tentang berhasil atau tidaknya olahraga yang dilakukan jangan pernah berpatokan pada keringat, melainkan denyut jantung.

"Lebih baik kita menggunakan denyut jantung (sebagai patokan berhasilnya olahraga)," kata dia.

Baca juga: Halo Prof! Keluar Darah seperti Haid Saat Olahraga, Apakah karena IUD?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com