Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Olahraga untuk Diet, Ahli Sebut Tolok Ukurnya Denyut Jantung

KOMPAS.com- Jika Anda sedang melakukan program diet untuk menurunkan berat badan dengan olahraga, pastikan tolok ukur keberhasilan itu bukan berkeringat, tetapi perhitungan denyut jantung.

Mungkin Anda pernah mendengar pernyataan bahwa kalau tidak berkeringat artinya olahraga yang dilakukan tidak benar atau belum betul-betul berolahraga.

Ternyata pernyataan ini dianggap keliru oleh Dokter Spesialis Olahraga dr Michael Triangto SpKO, Sports Medicine Spesialist dari Slim + Health Sports Therapy.

Menurut Michael, pernyataan tanda-tanda olahraga yang dilakukan seseorang itu dinyatakan berhasil jika sudah berkeringat itu salah.

"Ini (pemahaman) yang selama keliru, dibilang kalau nggak berkeringat berarti belum olahraga namanya, itu belum tentu," kata Michael kepada Kompas.com, Selasa (5/1/2021).

Michael memberikan analogi bahwa banyak aktivitas-aktivitas sehari-hari lainnya yang juga bisa menghasilkan keringat, tetapi tidak termasuk olahraga, seperti menyapu, mengepel, memasak, berkebun dan lain sebagainya.

Sehingga, jika kegiatan yang menghasilkan keringat dianggap bentuk olahraga yang baik dan berhasil, maka dengan melakukan kegiatan-kegiatan tersebut seseorang tidak membutuhkan lagi olahraga, tetapi pada mekanisme tidak begitu.

"Keringat itu bukan menjadi patokan (olahraga berhasil)," ujarnya.

Sebab, pada orang yang sedang mengalami dehidrasi atau kondisi suatu penyakit yang menyebabkan dehidrasi tersebut, maka keringat akan susah untuk keluar meskipun sudah sekeras apa pun olahraga yang dilakukan.

Justru, jika olahraga dengan target mengeluarkan keringat yang diharapkan pada orang dengan dehidrasi, maka sangat mungkin orang tersebut bisa jatuh pingsan atau tidak sadarkan diri karena kelelahan.

Jadi, apa batasan atau tolok ukur keberhasilan olahraga itu?

Michael menyebutkan, jika Anda berolahraga, maka pola pikir tentang berhasil atau tidaknya olahraga yang dilakukan jangan pernah berpatokan pada keringat, melainkan denyut jantung.

"Lebih baik kita menggunakan denyut jantung (sebagai patokan berhasilnya olahraga)," kata dia.

Pakailah atau gunakan alat untuk menghitung denyut jantung Anda saat berolahraga, baik dengan intensitas ringan, sedang maupun berat.

Selama berolahraga, Anda bisa memastikan olahraga yang dilakukan sudah berhasil dengan menghitung kapasitas dan kebutuhan Anda, dengan data detak jantung yang berhasil terekam di alat tersebut.

Adapun, cara menghitung kebutuhan maksimal denyut jantung setiap orang itu berbeda-beda. Anda bisa menghitung kebutuhan dan maksimal denyut jantung Anda saat berolahraga dengan rumus, 220 - (usia Anda)= hasil per menit.

Contohnya, 220 - 20 (usia Anda) = 200 per menit.

Maka, 200 per menit ini adalah kepasitas maksimal kemampuan diri Anda dalam berolahraga.

Anda tidak dianjurkan berolahraga lebih dari kemampuan denyut jantung maksimal per menit ini, untuk menghindari risiko dampak lainnya.

Denyut jantung untuk orang diet

Bagi Anda yang sedang melakukan program diet menurunkan berat badan, sebaiknya untuk mendapat manfaat olahraga yang baik disarankan hanya mencapai target 50-70 persen dari denyut jantung maksimal Anda tersebut.

Sehingga, jika dihitung kembali 50 persen dari 200 adalah 100 per menit, dan 70 persennya adalah 140 per menit.

"Kalau bisa kita ambil yang 140 per menit saja untuk denyut jantung saat olahraga, kalau di bawah 100 per menit itu target turun berat badannya nggak tercapai, ya gagal diet," kata Michael.

"Tapi kalau lebih (denyut jantung saat olahraga diet lebih dari 140 per menit) justru lebih mudah lapar dan diet kamu gagal juga," imbuhnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/01/07/120200023/olahraga-untuk-diet-ahli-sebut-tolok-ukurnya-denyut-jantung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke