Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bocah 8 Tahun Lakukan Pencurian Diduga Kleptomania, Ini Penjelasan Psikiater

Kompas.com - 23/11/2020, 18:04 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com- Seorang anak berusia 8 tahun di Nunukan tercatat melakukan aksi pencurian hingga 23 kali, dengan hasil curian jutaan rupiah. Anak berinisial B yang dianggap memiliki kenakalan di luar nalar itu diduga mengidap kleptomania.

Mengenai persoalan anak dengan dugaan kleptomania ini, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa di Primaya Hospital Bekasi Barat, dr Alvina SpKJ angkat bicara.

Menurut Alvina, untuk dapat menyebutkan seseorang memiliki kecenderungan kleptomania atau tidak, tidak bisa hanya menilai mereka sering mencuri dan tidak.

Untuk mengetahui seseorang mengalami kleptomania atau tidak tentunya diperlukan evaluasi yang lengkap.

Baca juga: Ini Penyebab Kleptomania pada Anak di Drama The World of The Married

 

"Kleptomania jarang didapatkan di masyarakat, didiagnosis (terjadi) pada 0,3 - 9,6 persen populasi saja," kata Alvina kepada Kompas.com, Senin (23/11/2020).

Menurut Diagnostic and Statictical manual of Mental DIsorders V (DSM-V) kleptomania adalah gangguan pengendalian impuls yang ditandai dengan tidak bisa mengendalikan impuls untuk mencuri.

Alvina menjelaskan, biasanya benda yang dicuri oleh orang dengan kleptomania ini adalah benda yang tidak diperlukan dan tidak memiliki nilai uang yang bermakna.

Baca juga: Anak Dalam Drama The World of The Married Kleptomania, Apa Itu?

 

"Saat hendak mencuri akan timbul ketegangan yang meningkat dan muncul kepuasaan atau kelegaan setelah mencuri," jelasnya.

Namun, pada kasus anak berinisial B tersebut, ia bahkan dalam catatan Polsek Nunukan kota atas 23 kasus pencurian itu hasil curian adalah benda-benda berharga, seperti salah satunya adalah uang di dalam celengan senilai 3 juta rupiah.

Melihat cerita yang terjadi pada anak tersebut, Alvina mengatakan, untuk  mengetahui seseorang mengalami kleptomania atau tidak tentunya diperlukan evaluasi yang lengkap.

"Nah, makanya perlu pemeriksaan (diagnosis kleptomania) yang lengkap," ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com