SETIAP tanggal 17 Ramadhan, umat Islam memperingati nuzul al-Quran. Momen di mana Al Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad dalam peristiwa di Goa Hira yang masyhur.
Peringatan nuzul al-Quran merupakan tradisi dan kebijaksanaan yang baik dan harus dilestarikan sebagai perwujudan rasa syukur dan pengingat peristiwa bersejarah agar semangat dan maknanya terus-menerus digali serta direvitalisasi oleh generasi-generasi selanjutnya dengan semangat zamannya. Sekaligus, menjadi momen ibadah sosial dan individual berupa pengajian, hingga sodaqoh.
Para ulama menjelaskan bahwa Al Quran diturunkan melalui dua kali proses. Pertama, diturunkan secara keseluruhan (jumlatan wahidah) di Baitul Izzah di langit dunia. Kedua, diturunkan secara bertahap (munajjaman) kepada Nabi di bumi secara berangsur, ayat demi ayat pada waktu yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan.
Proses pewahyuan Al Quran sebagai mushaf kepada Nabi Muhammad berlangsung selama kurang lebih 22 tahun.
Sebagian ulama meyakini awal turunnya wahyu terjadi pada hari Senin, 17 Ramadhan, 13 tahun sebelum hijrah, bertepatan dengan bulan Juli tahun 610 Masehi pada bulan Ramadhan.
Beberapa beranggapan pada 24 Ramadhan, sebagaimana diriwayatkan Ibnu Abbas. Dalam surah Al-Baqarah ayat 185 secara eksplisit disebutkan bahwa pada bulan Ramadhanlah Al Quran diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia dan pembeda (antara yang benar dan batil).
Yang menarik, jika kita perhatikan lebih dalam pada surah Al-Isro ayat 82, Allah mengabarkan bahwa Dia menurunkan dari Al Quran yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, lafadz yang digunakan dalam ayat tersebut “nunazzilu”, penggunaan fi’il mudlori’ mengandung isyarat bahwa proses turunnya penawar Al Quran masih sedang berlangsung dan belum berhenti hingga saat ini, meskipun proses pewahyuannya telah berhenti.
Hal ini menegaskan bahwa ada satu proses turunnya Al Quran yang perlu mendapat perhatian kita. Proses ketiga, yaitu proses turunnya Al Quran kepada manusia. Bagian ini menjadi penting karena manusia adalah obyek akhir dari seruan Al Quran.
Dalam surah Yunus ayat 57, Allah juga mengabarkan kepada seluruh manusia bahwa di antara peranan penting yang dibawa Al Quran adalah sebagai penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.
Begitu pula dalam surah Al-Baqarah ayat 97, Allah menegaskan bahwa melalui Jibril, Allah menurunkan Al-Qur'an ke dalam “hati” Nabi Muhammad dengan izin-Nya dalam rangka membenarkan berita terdahulu, dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang beriman. Sedangkan dalam surah Al Hajj 46, Allah mengabarkan bahwa hati berada di dalam dada.