Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Teguh Fachmi
Ketua Umum Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Pandeglang

Ketua Umum Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Pandeglang

Puasa dan Kesadaran Otentik

Kompas.com - 15/04/2022, 04:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DALAM tradisi membaca Al Quran kita mengenal adanya waqof atau berhenti sejenak sebelum kembali melanjutkan pembacaanya lagi. Ditinjau dari segi bahasa, waqof (وقف) bermakna menahan atau berhenti. Sedangkan dari segi istilah, waqof adalah menghentikan sejenak bacaan Al Quran dengan tujuan untuk bernapas disertai niat untuk kembali melanjutkan bacaan.

Tanpa ada waqof, Al Quran akan tidak indah dilantunkan dan manusia akan kelelahan dalam membacanya. Maka waqof atau jeda sejenak dalam membaca Al Quran bersifat harus sebagai waktu untuk menghela npas sejenak sebelum kembali melanjutkan bacaan, pun juga di dalam kehidupan jeda atau waqof menjadi sebuah keniscayaan sebagai bagian dari konsekuensi hidup.

Dari satu tahun dalam rentan 12 bulan yang Tuhan berikan kepada kita. Ada satu bulan dimana kita diberikan waqof atau jeda untuk sejenak melakukan wuquf berdiam diri, bertafakur memaknai biduk kehidupan. Bulan itu seringkali kita sebut sebagai bulan Ramadhan, bulan penuh berkah. Waktu di mana Al Quran diturunkan dan pintu rahmat ampunan dibukakan.

Banyak cara manusia memaknai bulan Ramadhan. Satu hal yang kadang luput dari kebanyakan memori kolektif manusia bahwa ramadhan hakikatnya ialah bulan pemberhentian sejenak dari segala kekusutan duniawi, untuk kemudian kembali melakukan pemaknaan jati diri melalui ritus puasa, dan kegiatan keagamaan lainnya. Terdapat banyak cara manusia mengisi bulan waqof atau Ramadhan ini.

Sejatinya di dalam bulan pemberhentian sejenak ini manusia diminta untuk kembali meneroka dirinya, berenang hanyut kedalam perenungan mendalam tentang eksistensi dalam bingkai kebermaknaan otentik hidupnya.

Diskursus mengenai otentisitas diri dalam suasana modernitas yang gemerlap dewasa ini, memang acapkali tereduksi oleh hal-hal yang sebenarnya bukan bagian dari diri kita. Sehingga kita seringkali terlempar jauh kedalam hal-hal yang tidak sepatutnya menjadi.

Puasa sebagai ritus keagamaan yang menitikberatkan tanggung jawab kepada diri sendiri merupakan salah satu cara Tuhan dalam mendidik manusia agar lebih bisa mengenal siapa dirinya sendiri. Puasa adalah ibadah yang tidak bisa dinilai oleh orang lain, karena hanya diri kita sendirilah yang mengetahui apakah kita benar-benar melakukannnya ataukah tidak.

Maka puasa kemudian akan membawa kita pada kemampuan untuk lebih bisa mengenali diri, meneguhkan eksistensi otentik diri, yang sadar diri, sadar posisi, dan sadar identitas dirinya.

Kemampuan untuk mengenali diri ini dalam literatur psikologi disebut dengan self-knowledge. Self-knowledge atau pengetahuan diri dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam memahami diri sendiri, peran, kewajiban, serta tanggung jawabnya.

Pengetahuan diri ini tidak sebatas pengetahuan saja namun lebih daripada itu merupakan serangkaian pengalaman yang dialami seseroang dan kemudian ia menyaksikan dirinya sendiri atau witnessing. Pengetahuan diri ini dianggap sebagai tools atau alat untuk mengenal diri sejati sehingga seseorang dapat melihat dirinya secara jujur dan otentik.

Puasa meningkatkan kepekaan sosial

Ibadah puasa yang dilakukan secara khidmah akan menghantarkan seseorang kepada kemampuan self-knowledge yang otentik. Ketika seseorang memiliki self-knowledge yang baik maka ini akan melabuhkan ia pada dermaga kebebasan (freedom), pencerahan (enlightment), dan kesadaran (consciousness).

Jika ini terjadi maka seseorang akan tiba pada satu titik kesadaran otentik di mana ia bisa menyaksikan dirinya sendiri, witnessing by immediate experience. Ia akan menyaksikan kebenaran tentang dirinya, kebenaran tentang dunia, dan memahami esensi dunia.

Dalam keadaan seperti ini ia telah menjadi persona yang sadar didalam dirinya terdapat the true self yaitu berupa pengetahuan universal sebagai being atau manusia. Self-knowledge ini pada akhirnya akan kembali menghidupkan spirit of the self atau ruh yang membawa kita kepada kesadaran otentik dan menjadikannya lebih spiritualis serta bijaksana yang dalam bahasa agamawan seringkali disebut bertaqwa.

Manusia yang sudah mencapai titik witnessing by immediate experience menyaksikan kebenaran tentang dirinya secara langsung, maka seluruh sikap, respons, juga tindakannya akan memberikan kehidupan bagi sekitar. Ia akan mengharmoniskan kehidupan, bahkan diamnya saja pun menggambarkan kehidupan, karena kesadarannya ia mempengaruhi semesta.

Manusia jika sudah sampai titik ini yang keluar daari tubuhnya adalah pikiran yang jernih (pure mind), dan jiwa yang suci (pure soul), dan apabila ini sudah ditempuh maka kemampuan untuk mengenal diri dapat membongkar semua potensi terkubur yang belum aktual dalam diri manusia, ia akan menjadi sumber inspirasi, dan mengalirkan kreativitas.

Puasa menjadi jalan seseorang untuk mencapai titik kesadaran otentik yang dapat ditempuh dan sudah disiapkan oleh Tuhan. Mulai saat ini jadikan puasa di bulan Ramadhan sebagai momentum untuk merombak cara pandang terhadap diri, merombak cara pandang terhadap manusia lain, dan merombak cara pandang terhadap semesta supaya hikmah dapat terus dialirkan kepada sumur jiwa-jiwa kita yang kering.

Akhirnya di penghujung puasa ramadhan ini kita dapat menjadi pribadi otentik yang penuh dengan spirit ruh fitri (suci) yang menubuh bersama semesta, bukan lagi berdasarkan ego tubuh (body ego), ego intelektual (intellect ego), ego rasionalitas (ratio ego), tetapi menjadikan ego ruhiyah (sprit ego) yang menubuh bersama semesta agar mencapai infinitum titik ilahiyah tertinggi takwa sebagai persona otentik yang penuh kepekaan terhadap lingkungan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Ramadhan
Ramadhan Momentum Mengenalkan 'Halal Lifestyle' bagi Anak

Ramadhan Momentum Mengenalkan "Halal Lifestyle" bagi Anak

Ramadhan
Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Ramadhan
'Ekspedisi Batin' Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

"Ekspedisi Batin" Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

Ramadhan
Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Ramadhan
Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan
Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Ramadhan
Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan
Merengkuh Kemenangan Sejati

Merengkuh Kemenangan Sejati

Ramadhan
Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Ramadhan
Keistimewaan Puasa Ramadhan

Keistimewaan Puasa Ramadhan

Ramadhan
Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Ramadhan
Mudik Berkemajuan

Mudik Berkemajuan

Ramadhan
Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Ramadhan
Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Ramadhan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
icon-calculator

Kalkulator Zakat

Rp.
Rp.
Rp.
Minimal Rp6.644.868 per bulan
ornament calculator
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com