Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Matsutake Jepang Jadi Jamur Termahal di Dunia, Ini Alasannya

Kompas.com - 04/04/2024, 13:47 WIB
Albertus Adit

Penulis

TOKYO, KOMPAS.com - Jamur matsutake Jepang menjadi jamur termahal di dunia. Sebab, harga setengah kilogram mencapai 500 dollar AS atau sekitar Rp 8 juta.

Sebenarnya, matsutake atau jamur mattake tumbuh di Semenanjung Korea, di China, dan bahkan di Amerika Serikat.

Tetapi, ada yang berbeda dengan jamur matsutake yang dipanen di Jepang. Pasalnya, jamur yang terutama dipanen di sekitar wilayah Kyoto ini berbeda.

Baca juga: Ranjau ISIS Tewaskan 13 Pencari Jamur Truffle di Gurun Suriah

Meskipun matsutake impor harganya sekitar 50 dollar AS per pon atau Rp 800.000, jamur Jepang ini harganya sepuluh kali lipat.

Untuk membantu pembeli Jepang membedakan antara matsutake impor dan matsutake produksi dalam negeri, Jepang memiliki undang-undang yang mengharuskan jamur impor dicuci dari kotoran sebelum komersialisasi, sedangkan varietas dalam negeri memiliki penampilan yang kasar dan kotor.

Sebagaimana diberitakan Odditycentral pada Selasa (2/4/2024), matsutake Jepang dihargai karena aromanya yang kuat, teksturnya yang seperti daging, dan rasanya yang enak.

Jamur termahal di dunia

Harga jamur matsutake Jepang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni:

1. Adanya kelangkaan

Selama 70 tahun terakhir, panen tahunan telah menurun hingga 95 persen, menjadikannya makanan lezat yang langka.

Ditambah dengan fakta bahwa jamur hanya dipanen setahun sekali, pada September atau Oktober, dan ancaman cacing invasif yang merusak habitat jamur, maka bisa menjadikan betapa mahalnya harga yang harus dibayar orang untuk mendapatkan jamur ini.

Baca juga: Cara Unik Dosen Filipina agar Mahasiswanya Tak Curang Saat Ujian

2. Kurang dari 1.000 ton matsutake ditemukan setiap tahunnya

Mereka tumbuh di pohon-pohon pinus merah dan harus mencari makan di alam liar oleh orang-orang yang benar-benar tahu bagaimana mencangkul untuk menemukannya.

Karena warnanya yang kecoklatan, jamur matsutake cenderung menyatu sempurna dengan dedaunan musim gugur.

Jadi, jika para pencari jamur ini tidak paham dengan jamur matsutake ini maka akan kesulitan untuk mencarinya.

3. Susah dibudidayakan

Budi daya matsutake secara artifisial sejauh ini terbukti tidak dapat dilakukan karena mereka memiliki hubungan simbiosis dengan pohon pinus merah.

Mereka juga sangat sensitif terhadap perubahan cuaca. Terlalu panas, serangan serangga akan mempengaruhi hasil panen, terlalu kering, dan tanaman tidak akan tumbuh. Hal ini membuat pasar jamur matsutake sangat fluktuatif, dengan harga mencapai 500 dollar AS per pon.

Tentu saja, kualitas jamur sebagai bahan juga menjadi salah satu faktornya. Matsutake Jepang disajikan di restoran mewah di seluruh Jepang, dalam sup, dengan nasi, atau sekadar dipanggang di atas arang dan disajikan dengan garam.

Apakah matsutake sepadan dengan harganya yang menggiurkan? Ini adalah pertanyaan yang sulit untuk dijawab, karena rasa itu subjektif.

Baca juga: Ini 8 Masjid Tertua di Dunia

Apalagi jika orang bersedia membayar mahal untuk menikmati rasa dari suguhan yang semakin langka ini maka harga mahal tidak menjadi masalah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Internasional
Rangkuman Hari Ke-813 Serangan Rusia ke Ukraina: Xi Jinping dan Putin Buat Kesepakatan | Zelensky Akui Situasi Sulit di Kharkiv 

Rangkuman Hari Ke-813 Serangan Rusia ke Ukraina: Xi Jinping dan Putin Buat Kesepakatan | Zelensky Akui Situasi Sulit di Kharkiv 

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com