Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Iklim, Rambut Perempuan Asia Selatan Alami Kerontokan

Kompas.com - 08/03/2024, 19:57 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Perempuan di Asia Selatan menjadi korban efek samping krisis iklim. Salah satu penyebabnya ialah semakin langkanya sumber air bersih untuk minum dan mandi.

Dampaknya, rambut para perempuan mengalami kerontokan. Bahkan ada yang rela menjual rambutnya ke pedagang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Seperti di wilayah pesisir Bangladesh. Di mana lebih dari separuh airnya tercemar garam dan polutan. Maka, perempuan harus berjalan jauh untuk mendapatkan air yang lebih aman untuk diminum.

Baca juga: Saat Kerontokan Rambut Jadi Musuh Utama Para Breakdancer Thailand...

Namun karena air bersih merupakan sumber daya yang sangat berharga, perempuan mandi dengan air sadah atau air yang memiliki kadar mineral tinggi.

Imbasnya tidak hanya menyebabkan infeksi tetapi juga menjadikan rambut rontok, sehingga memperlihatkan luka yang lebih dalam akibat krisis iklim.

Di wilayah Satkhira di barat daya Bangladesh, di mana penduduknya hanya mengandalkan tanaman padi dan menangkap ikan untuk mata pencaharian mereka, perempuan mengatakan bahwa mereka mengalami kerontokan rambut pada tingkat yang mengkhawatirkan.

Ada yang khawatir akan kebotakan dini, ada pula yang menjual rambutnya ke pedagang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

"Perempuan di wilayah Satkhira hidup tanpa kebutuhan dasar akan air bersih, toilet yang layak, dan kebersihan yang baik, dan krisis iklim memperburuk keadaan," ujar Anindita Hridita, pemimpin program ketahanan iklim di WaterAid Bangladesh, dikutip dari The Independent pada Kamis (7/3/2024).

Mereka mengatakan paparan terus-menerus terhadap sumber air yang terkontaminasi tidak hanya menyebabkan penyakit berbahaya yang ditularkan melalui air tetapi juga merenggut nyawa mereka.

Baca juga: Inggris Kembalikan Rambut Pangeran Ethiopia

Hridita dan timnya berkeliling wilayah tersebut selama berhari-hari, mengumpulkan cerita dari perempuan di desa Satkhira yang menderita akibat berbagai dampak krisis iklim.

"Air yang saya gunakan untuk mandi menyebabkan kulit saya menjadi sangat kering dan sering melepuh," kata Shyamoli Munda (50), seorang petani padi dan ikan dari desa Bhetkali di Satkhira.

"Lepuhnya terkadang menjadi sangat kering hingga berdarah," imbuh dia.

Shyamoli mengatakan dia telah kehilangan banyak rambut dalam beberapa tahun terakhir sehingga dia takut akan botak.

"Setiap hari saya mengalami banyak rambut rontok, hampir sedikit. Itu muncul setiap kali saya menyisir rambut. Sebagai seorang wanita, rambut adalah segalanya bagi kami, jadi setiap kali saya kehilangan rambut, saya merasa tidak nyaman untuk menjadi botak atau semacamnya," terangnya.

Studi ilmiah menunjukkan bahwa air sadah membuat rambut dan kulit menjadi kering dan lemah. Namun, paparan ekstrem terhadap air garam setiap hari menyebabkan dampak yang lebih parah.

Baca juga: George, Boneka dengan Mata dan Rambut dari Orang Meninggal

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com