Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Krisis Iklim, Rambut Perempuan Asia Selatan Alami Kerontokan

KOMPAS.com - Perempuan di Asia Selatan menjadi korban efek samping krisis iklim. Salah satu penyebabnya ialah semakin langkanya sumber air bersih untuk minum dan mandi.

Dampaknya, rambut para perempuan mengalami kerontokan. Bahkan ada yang rela menjual rambutnya ke pedagang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Seperti di wilayah pesisir Bangladesh. Di mana lebih dari separuh airnya tercemar garam dan polutan. Maka, perempuan harus berjalan jauh untuk mendapatkan air yang lebih aman untuk diminum.

Namun karena air bersih merupakan sumber daya yang sangat berharga, perempuan mandi dengan air sadah atau air yang memiliki kadar mineral tinggi.

Imbasnya tidak hanya menyebabkan infeksi tetapi juga menjadikan rambut rontok, sehingga memperlihatkan luka yang lebih dalam akibat krisis iklim.

Di wilayah Satkhira di barat daya Bangladesh, di mana penduduknya hanya mengandalkan tanaman padi dan menangkap ikan untuk mata pencaharian mereka, perempuan mengatakan bahwa mereka mengalami kerontokan rambut pada tingkat yang mengkhawatirkan.

Ada yang khawatir akan kebotakan dini, ada pula yang menjual rambutnya ke pedagang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

"Perempuan di wilayah Satkhira hidup tanpa kebutuhan dasar akan air bersih, toilet yang layak, dan kebersihan yang baik, dan krisis iklim memperburuk keadaan," ujar Anindita Hridita, pemimpin program ketahanan iklim di WaterAid Bangladesh, dikutip dari The Independent pada Kamis (7/3/2024).

Mereka mengatakan paparan terus-menerus terhadap sumber air yang terkontaminasi tidak hanya menyebabkan penyakit berbahaya yang ditularkan melalui air tetapi juga merenggut nyawa mereka.

Hridita dan timnya berkeliling wilayah tersebut selama berhari-hari, mengumpulkan cerita dari perempuan di desa Satkhira yang menderita akibat berbagai dampak krisis iklim.

"Air yang saya gunakan untuk mandi menyebabkan kulit saya menjadi sangat kering dan sering melepuh," kata Shyamoli Munda (50), seorang petani padi dan ikan dari desa Bhetkali di Satkhira.

"Lepuhnya terkadang menjadi sangat kering hingga berdarah," imbuh dia.

Shyamoli mengatakan dia telah kehilangan banyak rambut dalam beberapa tahun terakhir sehingga dia takut akan botak.

"Setiap hari saya mengalami banyak rambut rontok, hampir sedikit. Itu muncul setiap kali saya menyisir rambut. Sebagai seorang wanita, rambut adalah segalanya bagi kami, jadi setiap kali saya kehilangan rambut, saya merasa tidak nyaman untuk menjadi botak atau semacamnya," terangnya.

Studi ilmiah menunjukkan bahwa air sadah membuat rambut dan kulit menjadi kering dan lemah. Namun, paparan ekstrem terhadap air garam setiap hari menyebabkan dampak yang lebih parah.

"Kami memanfaatkan air kolam untuk mandi dan mencuci. Airnya tidak bagus, tapi tidak ada alternatif lain," kata Jhorna Munda, warga Bhetkhali, Satkhira, berusia 22 tahun.

"Saya takut pada akhirnya saya tidak akan mempunyai rambut," imbuhnya.

Narasi mengenai rambut rontok tidak hanya sekedar estetika, namun juga memiliki makna budaya dan pribadi yang mendalam.

Hridita mengatakan masalah ini sangat berkaitan tidak hanya dengan kesehatan mental perempuan, tetapi juga dengan kedudukan mereka di masyarakat dan bahkan masa depan mereka.

Meskipun masalah ini juga menimpa laki-laki, Hridita mengatakan bahwa mereka tampaknya tidak terlalu peduli dengan rambut rontok dibandingkan perempuan. Namun bagi perempuan, hal ini melambangkan hilangnya identitas mereka.

Kendati demikian, masalah ini tidak hanya terjadi di Bangladesh saja, di daerah kering di Uganda, perempuan juga menghadapi tantangan serupa.

"Karena kami mendapat air dari jauh, saya hanya menggunakan sedikit air untuk mencuci rambut. Akibatnya, kadang-kadang tidak dicuci hingga bersih," kata Lina Lokol (30), ibu enam anak yang tinggal di desa Ariamaoi di wilayah Karamoja, Uganda.

"Rambut saya terus patah karena pekerjaan rumah tangga sehari-hari. Saya menjaga rambut saya tetap bersih dan rapi agar sesuai dengan masyarakat. Di sini, di Karamoja, jika seorang wanita memiliki rambut lusuh, orang-orang akan menertawakannya, mereka mungkin mengira dia perempuan gila. Dan jika Anda mencukur habis rambut Anda, orang mungkin mengira Anda telah kehilangan suami," keluh dia.

https://www.kompas.com/global/read/2024/03/08/195700470/krisis-iklim-rambut-perempuan-asia-selatan-alami-kerontokan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke