Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perundingan Gencatan Senjata di Gaza Tak Ada Kemajuan Menjelang Ramadhan

Kompas.com - 08/03/2024, 17:21 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber Reuters

JALUR GAZA, KOMPAS.com - Perundingan gencatan senjata di Gaza Palestina belum menunjukkan adanya kemajuan. Hal itu dilihat ketika Hamas meninggalkan perundingan di Kairo pada Kamis (7/3/2024).

Terkait hal itu, Amerika Serikat menyatakan bahwa Hamas yang harus bertanggung jawab untuk mencapai kesepakatan mengenai sandera Israel.

Saat perundingan, Israel dan Hamas saling menyalahkan atas tidak adanya kesepakatan setelah empat hari perundingan yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir.

Baca juga: PBB Uji Jalur Militer Israel agar Bantuan Sampai ke Gaza Utara

Yakni mengenai gencatan senjata selama 40 hari di tengah kekhawatiran perang dapat meningkat selama bulan puasa.

Dikutip dari Reuters pada Jumat (8/3/2024), sumber-sumber keamanan Mesir mengatakan perundingan, yang berlangsung tanpa delegasi Israel di Kairo, akan dilanjutkan pada hari Minggu yang jadi perkiraan awal Ramadhan.

Sedangkan para pejabat senior pemerintahan AS mengatakan bahwa Hamas bertanggung jawab untuk menyelesaikan kesepakatan penyanderaan.

AS juga menghubungkan penundaan tersebut sebagai upaya Hamas yang sejauh ini tidak setuju untuk melepaskan sandera yang sakit dan lansia.

Seorang pejabat Hamas mengatakan kepada Reuters bahwa Amerika Serikat yang menjadi sekutu Israel melihat bahwa komentar seperti itu menyesatkan.

Padahal, Hamas bersikeras bahwa perjanjian gencatan senjata mencakup proses untuk mengakhiri perang.

Baca juga: ASEAN dan Australia Serukan Gencatan Senjata Gaza: Harus Segera dan Permanen

Hamas mengatakan sebelumnya dalam sebuah pernyataan bahwa delegasi tersebut meninggalkan Kairo untuk berbicara dengan para pemimpin gerakan tersebut.

Tujuan utama Hamas ialah upaya yang untuk menghentikan agresi, memulangkan para pengungsi dan membawa bantuan kepada rakyat di Gaza.

Pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan kepada Reuters bahwa Israel telah menggagalkan upaya untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata.

Sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan kembali niatnya pada Kamis untuk melanjutkan serangan militernya di Gaza.

Israel sebelumnya mengatakan tujuannya ialah untuk menghancurkan Hamas dan gencatan senjata apa pun harus bersifat sementara. Mereka juga mendesak agar memberikan daftar sandera yang masih hidup dan ditahan oleh Hamas di Gaza.

"Tak perlu dikatakan lagi, Israel akan melakukan apa pun untuk membebaskan sandera kami. Sayangnya, Hamas-lah yang menjadi batu sandungan saat ini karena tidak memberi tahu kami siapa yang masih hidup dan siapa yang mereka ditahan," terang juru bicara pemerintah Israel David Mencer.

Kesepakatan yang diajukan Hamas untuk gencatan senjata di Gaza akan mengharuskan Hamas membebaskan beberapa sandera yang masih ditahannya. Tahanan Palestina yang ditahan di Israel juga akan dibebaskan.

Baca juga: Anak-anak di Gaza Alami Gizi Buruk, Ibu Susah Menyusui, Susu Formula Tak Ada

Para pejabat Hamas mengatakan gencatan senjata harus dilakukan sebelum para sandera dibebaskan, pasukan Israel juga harus meninggalkan Gaza dan seluruh warga Gaza harus dapat kembali ke rumah mereka.

Selain itu, Hamas menyatakan pihaknya tidak dapat memberikan daftar sandera yang masih hidup tanpa gencatan senjata karena para sandera tersebar di zona perang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Global
Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Internasional
Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Global
3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur 'Facial Vampir' di New Mexico

3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur "Facial Vampir" di New Mexico

Global
Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Global
PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

Global
Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Internasional
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Global
Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Global
Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Global
Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com