Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Jika Genset Mati, Rumah Sakit di Gaza Akan Jadi Kuburan Massal"

Kompas.com - 13/10/2023, 12:26 WIB
Irawan Sapto Adhi

Editor

Penulis: VOA Indonesia

JALUR GAZA, KOMPAS.com - Seiring semakin hancurnya wilayah Jalur Gaza akibat serangan udara Israel, suasana penuh kekacauan di dalam Rumah Sakit Al-Shifa menjadi pengingat yang suram akan situasi di sana.

Fasilitas kesehatan yang kini menjadi suaka di tengah reruntuhan kota itu sedang bergulat menghadapi krisis yang mengancam, yaitu pemadaman listrik yang bisa merenggut banyak nyawa.

Kepala Departemen Neonatal RS Al-Shifa, Nasser Bulbul, menggambarkan dengan tajam situasi itu.

Baca juga: Israel Minta 1,1 Juta Penduduk Gaza Utara Pindah ke Selatan dalam 24 Jam, PBB Desak Batalkan

“Jika terjadi pemadaman listrik, bencana akan terjadi dalam waktu lima menit,” ujarnya, Kamis (12/10/2023).

Nasser Bulbul, menjelaskan bahwa sebagian besar kasus di unit neonatal bergantung pada aliran listrik dan sebagian besar dari mereka bergantung pada sistem pernapasan buatan.

Serangan tak berkesudahan ke Jalur Gaza meninggalkan jejak kehancuran. 

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, jumlah korban tewas di Jalur Gaza telah melampaui 1.417 orang.

Jumlah mengenaskan itu mencakup perempuan, anak-anak, wartawan, petugas medis hingga pegawai PBB.

Serangan Israel sendiri dilakukan setelah kelompok Hamas meluncurkan serangan mendadak ke Israel pada Sabtu (7/10/2023).

Gawatnya situasi di Jalur Gaza terlihat jelas, di mana fasilitas kesehatan hanya mampu beroperasi hingga tiga atau empat hari ke depan dengan bahan bakar yang masih tersisa, kata para pejabat.

Baca juga: UPDATE Perang Hamas-Israel, 2.837 Orang Tewas, 9,912 Terluka

Direktur jenderal Kompleks Kedokteran Al-Shifa, Mohammad Abu Silmiya, mengatakan, “Jika genset mati, rumah sakit ini akan menjadi kuburan massal”.

Ia mengatakan bahwa lebih dari 120 pasien luka terhubung pada mesin ventilator.

Sementara, ada 1.000 pasien yang menjalani dialisis (cuci darah) dan 50 bayi prematur dalam inkubator.

"(Jika krisis berlajut) Semua pasien ini pasti meninggal,” tambah Silmiya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com