KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang berbasis di Swiss merilis dokumen teknis mengenai topik suatu penyakit menyebar melalui udara pada Kamis (18/4/2024).
Dikatakan bahwa ini adalah langkah pertama untuk mencari cara yang lebih baik dalam mencegah penularan semacam ini, baik untuk penyakit yang sudah ada seperti campak maupun ancaman pandemi di masa depan.
Dari dokumen tersebut disimpulkan bahwa deskripsi "melalui udara" dapat digunakan untuk penyakit menular yang jenis penularan utamanya melibatkan patogen yang berpindah melalui udara atau tersuspensi di udara.
Baca juga: RS di Gaza yang Hancur Kembali Buka Layanan, Hasil Perjuangan Berat WHO
Atau sejalan dengan istilah lain seperti penyakit yang ditularkan melalui air, yang mana dipahami lintas disiplin ilmu dan oleh masyarakat.
Sebagaimana diberitakan Reuters, hampir 500 ahli berkontribusi terhadap definisi tersebut, termasuk fisikawan, ahli kesehatan masyarakat, dan insinyur, yang banyak di antaranya sangat tidak setuju dengan topik tersebut di masa lalu.
Lembaga-lembaga tersebut secara historis memerlukan bukti tingkat tinggi sebelum menyebut penyakit menyebar melalui udara.
Sehingga memerlukan tindakan pengendalian yang sangat ketat. Definisi baru mengatakan risiko paparan dan tingkat keparahan penyakit juga harus dipertimbangkan.
Pada masa-masa awal munculnya Covid pada 2020, sekitar 200 ilmuwan aerosol secara terbuka mengeluh bahwa WHO gagal memperingatkan masyarakat tentang risiko penyebaran virus melalui udara.
Hal ini menyebabkan penekanan yang berlebihan pada langkah-langkah seperti mencuci tangan untuk menghentikan virus, dibandingkan berfokus pada ventilasi, kata mereka.
Baca juga: Dirjen WHO: Penduduk di Gaza Alami Kelaparan Akut
Pada Juli 2020, badan tersebut mengatakan ada "bukti yang muncul" mengenai penyebaran melalui udara.
Namun kepala ilmuwannya, Soumya Swaminathan yang memulai proses untuk mendapatkan definisinya kemudian berkata, membuka tab baru bahwa WHO seharusnya lebih tegas atau lebih awal.
Penggantinya, Jeremy Farrar, mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa definisi baru ini lebih dari sekadar Covid, namun ia menambahkan bahwa pada awal pandemi, bukti yang tersedia masih kurang.
Farrar mengatakan, menyepakati definisi tersebut di antara para ahli dari semua disiplin ilmu akan memungkinkan dimulainya diskusi tentang isu-isu seperti ventilasi di berbagai tempat, mulai dari rumah sakit hingga sekolah.
Ia membandingkannya dengan kesadaran bahwa virus yang ditularkan melalui darah seperti HIV atau hepatitis B dapat disebarkan oleh petugas medis yang tidak mengenakan sarung tangan selama prosedur.
"Ketika saya memulai, mahasiswa kedokteran, perawat, dokter, tidak ada di antara kami yang mengenakan sarung tangan untuk mengambil darah," katanya kepada Reuters.
Baca juga: WHO Sebut Rumah Sakit Al-Shifa Gaza Jadi Tempat Pertumpahan Darah
"Sekarang tidak terpikirkan bahwa Anda tidak akan memakai sarung tangan. Namun hal itu terjadi karena semua orang sepakat mengenai permasalahannya, mereka menyetujui terminologinya terjadi belakangan," jelas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.