Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa AS Tunda Sanksi China Pasca-insiden Balon Mata-mata?

Kompas.com - 11/05/2023, 17:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Reuters

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Ketika balon mata-mata China diduga melintasi Amerika Serikat pada Februari, beberapa pejabat AS yakin serangan itu akan menggembleng birokrasi AS untuk mendorong serangkaian tindakan untuk melawan China.

Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Kementerian Luar Negeri AS menahan sanksi terkait hak asasi manusia, kontrol ekspor, dan tindakan sensitif lainnya untuk mencoba membatasi kerusakan pada hubungan AS-China.

Empat sumber yang mengetahui langsung tentang kebijakan AS mengatakan hal itu pada Reuters, ditambah sejumlah email internal.

Baca juga: Usai Usir Diplomat, PM Kanada: Kami Tak Akan Terintimidasi China

Penundaan yang bisa jadi adalah langkah rahasia yang telah direncanakan pemerintahan Biden terkait dengan China, telah membuat khawatir beberapa pejabat AS.

Ada perbedaan di pemerintah AS, antara mendorong tindakan lebih keras terhadap China dan yang lain menganjurkan pendekatan yang lebih terkendali.

Kementerian Luar Negeri AS sendiri mengisyaratkan ketidaksenangan AS atas balon tersebut dengan menunda kunjungan Menteri Luar Negeri Antony Blinken yang dijadwalkan ke Beijing.

Tapi, pesan internal Departemen Luar Negeri yang telah ditinjau menunjukkan pejabat senior AS menunda tindakan yang direncanakan terhadap China.

Rick Waters, wakil asisten menteri luar negeri untuk China dan Taiwan yang memimpin divisi kebijakan China House, mengatakan dalam email 6 Februari kepada staf yang belum pernah dilaporkan sebelumnya terkait hal itu.

Sumber juga mengatakan banyak tindakan belum dihidupkan kembali.

Keputusan untuk menunda aturan lisensi ekspor untuk pembuat peralatan telekomunikasi Huawei dan sanksi terhadap pejabat China atas pelanggaran terhadap Uyghur, telah merusak moral di China House.

Baca juga: China-Kanada Saling Usir Diplomat, Ini Penyebabnya

Pemerintahan Presiden Joe Biden telah berusaha untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dalam hubungan dengan pemerintah Komunis China, yang menurut banyak analis telah mencapai titik terendah sejak dimulai pada 1979.

Mantan diplomat dan anggota Kongres dari kedua belah pihak berpendapat bahwa AS harus menjaga saluran komunikasi tetap terbuka dengan Beijing untuk menghindari kesalahpahaman dan mengatasi krisis.

Tetapi sumber tersebut mengatakan bahwa kebijakan saat ini terlalu dekat dengan strategi keterlibatan sebelumnya.

Baca juga: ASEAN Hadapi Perang Dingin Baru AS-China, Seberapa Kuat Posisi Indonesia sebagai Ketua?

Hal ini memungkinkan China untuk mendapatkan konsesi sebagai imbalan atas dialog tingkat tinggi yang seringkali hanya menghasilkan sedikit hasil yang nyata.

Berbicara kepada Reuters dengan syarat anonim karena takut akan akibatnya, mereka mengatakan Blinken sebagian besar telah mendelegasikan tugas kebijakan China kepada Wakil Menteri Luar Negeri Wendy Sherman, diplomat peringkat kedua Amerika Serikat.

Menanggapi pertanyaan dari Reuters, seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri mengatakan bahwa di bawah pemerintahan Biden, Kementerian Luar Negeri telah berkoordinasi dengan antarlembaga mengenai sejumlah rekor sanksi, kontrol ekspor, dan tindakan kompetitif lainnya terhadap China.

Baca juga: AS Waspadai China Kirim Utusan Perdamaian ke Ukraina

"Tanpa mengomentari tindakan tertentu, pekerjaan ini sensitif dan kompleks, dan jelas mengurutkan sangat penting untuk memaksimalkan dampak dan memastikan pesan kami jelas dan tepat," kata pejabat itu.

Bersaksi di hadapan Komite Hubungan Luar Negeri Senat pada 9 Februari, dia mengatakan kementerian itu memodernisasi pekerjaannya dan akan terus melawan praktik militer, diplomatik, dan ekonomi China yang dinilai agresif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

Global
Ekuador Perang Lawan Geng Narkoba, 7 Provinsi Keadaan Darurat

Ekuador Perang Lawan Geng Narkoba, 7 Provinsi Keadaan Darurat

Global
[POPULER GLOBAL] Identitas Penumpang Tewas Singapore Airlines | Fisikawan Rusia Dipenjara

[POPULER GLOBAL] Identitas Penumpang Tewas Singapore Airlines | Fisikawan Rusia Dipenjara

Global
Ukraina Kembali Serang Perbatasan dan Wilayahnya yang Diduduki Rusia

Ukraina Kembali Serang Perbatasan dan Wilayahnya yang Diduduki Rusia

Global
Singapore Airlines Turbulensi, Ini Nomor Hotline bagi Keluarga Penumpang

Singapore Airlines Turbulensi, Ini Nomor Hotline bagi Keluarga Penumpang

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com