WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Saat melihat ke masa depan, Grayson Hart selalu bermimpi meraih gelar sarjana.
Dia adalah siswa yang berprestasi di sekolah menengah yang baik.
Dia ingin menjadi seorang aktor, atau mungkin seorang guru.
Baca juga: Kecelakaan Mobil, Ayah Gugat Putrinya yang Tak Mau Tinggalkan Kuliah dan Merawatnya
Semakin tumbuh dewasa, dia percaya perguruan tinggi adalah satu-satunya jalan menuju pekerjaan yang baik, stabilitas, dan kehidupan yang bahagia.
Tapi dilansir dari Associated Press, pandemi mengubah pikirannya.
Setahun setelah sekolah menengah, Hart mengarahkan program teater remaja di Jackson, Tennessee.
Dia masuk ke setiap perguruan tinggi tempat dia melamar tetapi menolak semuanya.
Biaya adalah faktor besar, tetapi satu tahun pembelajaran jarak jauh juga memberinya waktu dan kepercayaan diri untuk menempa jalannya sendiri.
Hart termasuk di antara ratusan ribu anak muda yang tumbuh dewasa selama pandemi tetapi tidak kuliah.
Banyak yang beralih ke pekerjaan atau karier per jam yang tidak memerlukan gelar, sementara yang lain terhalang oleh biaya kuliah yang tinggi dan prospek hutang mahasiswa.
Baca juga: Arab Saudi dan Turki Mengecam Keputusan Taliban yang Larang Perempuan Afghanistan Kuliah
Apa yang awalnya tampak seperti dampak sementara pandemi telah berubah menjadi krisis.
Secara nasional, pendaftaran perguruan tinggi sarjana turun 8 persen dari 2019 hingga 2022, dengan penurunan bahkan setelah kembali ke kelas tatap muka, menurut data dari National Student Clearinghouse.
Penurunan tingkat kuliah sejak 2018 adalah yang paling tajam dalam catatan, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja AS.
Ekonom mengatakan dampaknya bisa mengerikan.
Baca juga: Arab Saudi dan Turki Mengecam Keputusan Taliban yang Larang Perempuan Afghanistan Kuliah
Paling buruk, itu bisa menandakan generasi baru dengan sedikit kepercayaan pada nilai gelar sarjana.