SAN FRANCISCO, KOMPAS.com - Sejak Twitter dibeli Elon Musk, perubahan radikal terjadi di platform media sosial tersebut dan masa depannya dikhawatirkan.
Elon Musk memecat setengah dari jumlah staf Twitter hingga mengaktifkan kembali akun mantan Presiden Donald Trump.
Pengguna Twitter kemudian pada Senin (19/12/2022) mengikuti polling untuk mendepak Elon Musk.
Baca juga: Elon Musk Tanggapi Polling yang Menyuruhnya Mundur dari Twitter: Itu Bot
Dikutip dari kantor berita AFP, berikut adalah kronologi 13 kekacauan Twitter selama dua bulan sejak dibeli Elon Musk.
"Biarkan masa-masa indah bergulir," twitnya setelah kesepakatan diteken pada 28 Oktober 2022. Dia menjadi satu-satunya direktur perusahaan setelah membubarkan dewan perusahaannya.
Dalam salah satu langkah pertamanya, orang yang menyatakan diri sebagai pendukung absolut kebebasan berbicara itu mengumumkan, akan membentuk dewan moderasi konten.
Rencana ini disambut orang-orang dengan kekhawatiran bahwa Twitter dapat menjadi platform bebas untuk semua misinformasi dan ujaran kebencian.
Pada 1 November 2022, Musk mengumumkan bahwa Twitter tersebut akan mengenakan biaya 8 dollar AS (Rp 125.000) per bulan untuk akun-akun terverifikasi termasuk selebritas dan perusahaan. Fitur ini dulunya gratis.
Namun, peluncuran paket berlangganan pada 6 November 2022 ini berjalan serba salah. Elon Musk terpaksa menangguhkannya setelah banyaknya akun palsu yang mengajukan dan para pengiklan malu.
Baca juga: Ingin Akun Twitter Centang Biru? Elon Musk Berencana Tagih Rp 125.000 Per Bulan
Pada 4 November 2022, setengah dari total 7.500 staf Twitter diberhentikan, dan mengejutkan seluruh Silicon Valley.
Elon Musk menulis di Twitter, "Sayangnya tidak ada pilihan saat perusahaan merugi lebih dari 4 juta dollar AS (Rp 62,33 miliar) per hari".
Kekacauan Twitter memicu peringatan langka dari Federal Trade Commission (FTC), otoritas AS yang mengawasi keamanan konsumen, oada 10 November 2022.
"Kami melacak perkembangan terkini di Twitter dengan keprihatinan mendalam," kata juru bicara FTC.