Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diterpa Krisis Energi, KTT Uni Eropa Diperkirakan Alot

Kompas.com - 21/10/2022, 18:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

BRUSSELS, KOMPAS.com - Para pemimpin Uni Eropa membuka KTT dua hari pada Kamis (20/10/2022).

Mereka datang dengan beragam pendapat mengenai apakah, dan bagaimana, blok tersebut dapat memberlakukan batasan harga gas untuk menanggulangi krisis energi yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina dan ancaman Putin hentikan pasokan gas.

Baca juga: Krisis Energi Mulai Berdampak Pada Bisnis Roti di Jerman

Setibanya di KTT Uni Eropa, Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan prioritasnya adalah menurunkan harga gas dan biaya untuk listrik dan menjaga persatuan Eropa.

"Yang pertama, kita harus menurunkan harga gas dan biaya untuk listrik. Oleh karena itu, kita harus mengirim pesan yang kuat ke arah itu dengan beberapa instrumen yang akan kita debatkan dan yang merupakan inti dari proposal yang dibuat oleh Komisi Eropa," ujar Macron.

"Mekanisme itu untuk membatasi harga gas yang berbeda, mekanisme yang memungkinkan pemisahan yang lebih baik dari harga gas dan listrik. Kita juga harus memiliki solidaritas keuangan yang lebih besar dan dalam hal ini kita akan meminta kesatuan yang nyata dengan jaminan pada mekanisme pinjaman," sambung Macron.

Baca juga: Genjot Transisi Energi di Indonesia, Ada Peluang Pembiayaan Non-publik

Kanselir Jerman Olaf Scholz juga menyetujui pentingnya persatuan.

“Yang harus kita ketahui adalah bagaimana kita bisa mendukung semua negara bersama-sama menurunkan harga, tidak hanya dengan subsidi, yang merupakan satu pertanyaan, tetapi menurunkannya di pasar dunia," ucap Scholz.

"Jadi kita perlu bekerja sama, misalnya, dengan negara lain. Pembeli seperti Korea Selatan dan Jepang. Instrumen harus dibahas secara sungguh-sungguh karena harus bisa dilaksanakan. Tidak ada pihak yang ingin tidak punya gas. Jadi ini adalah diskusi yang tepat untuk mengetahui bagaimana kita bisa menurunkan harga dan memiliki pasokan yang cukup untuk kami semua di Eropa," lanjut Scholz.

Tetapi dua negara penting Uni Eropa, Jerman dan Perancis, berada di kubu yang berlawanan dalam kebijakan. Berlin menyatakan keraguan dan ingin menunda rencana untuk membatasi harga, sementara sebagian besar negara lainnya ingin memberlakukan pembatasan itu.

Baca juga: Cuaca Ekstrem Ancaman Besar Keamanan Energi Global, Layaknya Perang Ukraina

Musim dingin yang akan datang juga akan menjadi fokus pembicaraan di markas besar Uni Eropa itu, di mana para pemimpin akan berdebat demi kepentingan negara mereka masing-masing dalam pembicaraan yang diperkirakan akan berlangsung alot hingga larut malam.

Namun, Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengungkapkan keyakinannya bahwa suatu kesepakatan akan dicapai.

"Saya yakin. Saya pikir kesepakatan itu mungkin dicapai. Mungkin akan sulit. Sudah pasti bahwa kami harus mendengarkan pendapat yang berbeda dalam pembicaraan, tetapi sinyal persatuan diperlukan dan kita dapat melihat bahwa ada berbagai instrumen yang berbeda-beda yang mungkin diselaraskan hari ini," ucap Michel.

Harga gas alam bergejolak di luar kendali selama musim panas karena negara-negara Uni Eropa berusaha untuk mengalahkan satu sama lain untuk mengisi cadangan mereka sendiri untuk musim dingin.

Baca juga: Serangan Rudal Rusia Hantam 30 Persen Infrastruktur Energi Ukraina

Perdana Menteri Latvia Arturs Karins mengatakan, masalah yang dihadapi oleh Uni Eropa sekarang merupakan akibat dari asumsi salah bahwa gas murah dari Rusia akan terus mengalir tanpa hambatan.

"Tentu saja masalah mendasar adalah bahwa di Eropa selama bertahun-tahun kami memiliki kebijakan energi yang salah, yang sebagian besar didasarkan pada asumsi bahwa energi murah Rusia akan terus mengalir hampir tanpa batas," ujarnya.

Sekarang para pemimpin Uni Eropa berusaha untuk semakin mengumpulkan pembelian gas mereka dan mungkin menetapkan batas harga sementara juga memastikan pasar energi berada pada keadaan normal.

Baca juga: Kunjungi Jakarta, Delegasi AS Dukung Transisi Energi di Indonesia

Negara-negara anggota Uni Eropa telah sepakat untuk memangkas permintaan gas masing-masing sebesar 15 persen selama musim dingin.

Mereka juga telah berkomitmen untuk mengisi fasilitas penyimpanan gas hingga sedikitnya 80 persen dari kapasitas pada bulan November dan mengurangi penggunaan listrik pada puncaknya sedikitnya 5 persen sebagai cara untuk mengurangi laju pembangkit listrik berbahan bakar gas.

Artikel ini pernah tayang di VOA Indonesia dengan judul KTT Uni Eropa untuk Bahas Krisis Energi Diperkirakan Berlangsung Alot.

Baca juga: Kelebihan Pasokan Listrik PLN Sebabkan Stagnasi Transisi Energi di Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com