Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Ekstrem Ancaman Besar Keamanan Energi Global, Layaknya Perang Ukraina

Kompas.com - 12/10/2022, 21:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Infrastruktur di sektor energi akan menjadi lebih rentan terhadap cuaca ekstrem seperti gelombang panas dan angin topan, Badan Meteorologi Dunia (WMO) memperingatkan pada Selasa (11/10/2022).

Seorang pejabat senior mengatakan, ancaman besar terhadap keamanan energi global yang dibawa oleh perubahan iklim sama seperti yang ditimbulkan oleh dampak perang di Ukraina.

Tahun ini menggambarkan apa yang dikatakan WMO sebagai tantangan ke depan, di mana cuaca panas dan kekeringan diperkirakan akan menghambat produksi listrik di beberapa wilayah di Eropa dan China.

Baca juga: Demam Berdarah Merebak di Perancis, Apa Kaitannya dengan Krisis Iklim?

Invasi Rusia ke Ukraina yang disebut Moskwa sebagai operasi militer khusus telah menyebabkan pemotongan besar pasokan energi Eropa.

"Saya pikir jika kita tidak melakukan apa-apa, jika kita tidak membuat sistem energi kita lebih tahan terhadap perubahan iklim, akan muncul gangguan besar seperti perang di Ukraina," kata Roberta Boscolo, Pemimpin iklim dan energi WMO, kepada Reuters ketika badan PBB itu meluncurkan laporan utama tentang sektor energi.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, Boscolo mengatakan bahwa investasi besar diperlukan untuk mempersiapkan dan beradaptasi terhadap skenario yang akan terjadi.

Contohnya seperti penguatan bendungan agar sesuai dengan pola curah hujan baru dan memperkuat tanaman terhadap gelombang badai.

Baca juga: Pekan Diplomasi Iklim Uni Eropa 2022 Serukan Keterlibatan Anak Muda dalam Aksi Iklim

Dokumen WMO menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga dari semua pembangkit nuklir terletak di permukaan laut, dan beberapa di antaranya terancam saat permukaan laut naik.

Secara keseluruhan, WMO mengatakan dalam laporannya bahwa sejumlah negara masih tertinggal jauh dalam memenuhi janji energi terbarukan yang telah mereka buat.

Badan tersebut juga mengatakan negara-negara di dunia sejauh ini hanya menjalankan setengah dari kapasitas yang dibutuhkan untuk mencapai target Kesepakatan Paris yang memiliki tenggat pada 2030.

Baca juga: PM Pakistan Kecam Keras Perubahan Iklim, Minta Konsekuensi Global Terkait Banjir

Namun, sekretaris jenderal WMO mengatakan bahwa ia berharap perang Ukraina akan mempercepat program transisi ke energi terbarukan, meskipun terdapat ketergantungan jangka pendek yang lebih besar pada bahan bakar fosil seperti batu bara.

"(Perang) ini mempercepat transisi hijau," Petteri Taalas, sekretaris jenderal WMO mengatakan pada konferensi pers sebelumnya. "Dari perspektif iklim, perang di Ukraina dapat dilihat sebagai berkah."

Taalas mengatakan negara-negara di dunia juga harus mempertimbangkan untuk membuat sejumlah kompromi tertentu agar dapat memenuhi target emisi global seperti memberdayakan tenaga nuklir meskipun terdapat keraguan tentang limbah dari energi tersebut.

Artikel ini pernah tayang di VOA Indonesia dengan judul WMO: Cuaca Ekstrem Bawa Ancaman Besar Bagi Keamanan Energi Global Layaknya Perang di Ukraina.

Baca juga: Banjir Mengerikan di Pakistan Tanda Krisis Iklim Global

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com