Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Energi Melonjak, Jerman Terancam Krisis Tisu Toilet

Kompas.com - 24/09/2022, 20:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

BERLIN, KOMPAS.com – Krisis energi membayangi Jerman setelah Rusia menangguhkan pengiriman gas melalui pipa Nord Stream 1.

Nord Stream 1 merupakan salah satu jalur distribusi utama gas dari Rusia ke Eropa, membentang dari Rusia ke Jerman melalui Laut Baltik.

Bahkan sebelum pengiriman gas ditangguhkan, harga energi di “Benua Biru” telah melonjak usai Rusia melancarkan invasinya ke Ukraina pada Februari.

Baca juga: Kunjungi Jakarta, Delegasi AS Dukung Transisi Energi di Indonesia

Kini, pasokan gas ke Eropa semakin menipis dan krisis energi membayangi Jerman. Kondisi tersebut berdampak pada sektor industri yang sangat bergantung pada gas.

Dengan melonjaknya harga energi dan kekhawatiran akan kekurangan pasokan, produsen kebutuhan rumah tangga merasakan akibatnya, tak terkecuali pembuat tisu toilet.

Krisis energi Jerman membuat produsen tisu toilet di tertekan. Beberapa di antaranya terpaksa menurunkan atau mengurangi produksi. Jerman terancam krisis toilet.

Salah satu produsen tisu toilet di Jerman, Essity, terpaksa menaikkan harga produknya di tengah melonjaknya biaya energi, sebagaimana dilansir Financial Times, Jumat (23/9/2022).

Baca juga: Kelebihan Pasokan Listrik PLN Sebabkan Stagnasi Transisi Energi di Indonesia

Essity meyakini bahwa tidak ada jalan lain selain menaikkan harga produknya sekitar 18 persen karena melonjaknya harga energi.

Salah satu satu strategi Essity mengatasi lonjakan harga gas di dalam negeri adalah beralih menggunakan sumber bahan bakar lain, kata CEO Essity Magnus Groth.

Essity juga memikirkan kembali ketergantungannya pada gas alam dan telah menerima izin untuk mengadaptasi pabriknya menggunakan bahan bakar alternatif.

Sementara itu, salah satu merek tisu toilet paling terkenal di Jerman, Hakle, bahkan mengajukan kebangkrutan.

Baca juga: Krisis Energi Mulai Berdampak Pada Bisnis Roti di Jerman

Hakle tak kuasa menghadapi melonjaknya harga energi, harga pulp yang tinggi, biaya transportasi, dan nilai tukar dollar AS yang menguat atas euro.

Saat Hakle menegosiasikan harga baru dengan mitra ritelnya untuk mengganti biaya overhead yang lebih tinggi, harga-harga kebutuhan produksi sudah naik lagi.

Ilustrasi tisu toilet. SHUTTERSTOCK/FOTODUETS Ilustrasi tisu toilet.

“Itu terlalu menekan kami dan kami kehilangan terlalu banyak uang,” kata Direktur Pelaksana Hakle Volker Jung.

“Saya tidak berpikir gelombang kebangkrutan dapat dihentikan kecuali kita membatasi (harga energi),” sambung Jung.

Baca juga: Debat Politik Energi, Kanselir Jerman Olaf Scholz Emosi di Parlemen

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com