Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KBRI Siapkan Rencana Evakuasi dari Irak Usai Kerusuhan Berdarah Tewaskan 23 Orang

Kompas.com - 30/08/2022, 23:18 WIB
BBC INDONESIA,
Bernadette Aderi Puspaningrum

Tim Redaksi

BAGHDAD, KOMPAS.com - Kedutaan Besar RI (KBRI) di Baghdad akan menyiapkan rencana darurat dan tidak menutup kemungkinan melakukan evakuasi, saat perseteruan politik Irak memanas menjadi konflik bersenjata yang menewaskan sedikitnya 23 orang.

“Jika keadaan terus genting (keamanan Irak), KBRI akan menyiapkan rencana darurat dan tidak menutup kemungkinan evakuasi,” ujar Duta Besar Indonesia di Baghdad Elmar Iwan Lubisdalam keterangan kepada BBC News Indonesia.

Dubes Elmar Iwan Lubis mengatakan pihaknya terus memantau situasi dan saling berkomunikasi dengan sesama perwakilan asing di Baghdad.

Baca juga: Kerusuhan Irak Pecah, 23 Pedemo Ditembak Mati, Negara Asing Tarik Warganya

Menurutnya, ada sebanyak 413 WNI di Baghdad. Namun, data KBRI tersebut diakuinya tidak akurat karena sebagian besar adalah asisten rumah tangga yang masuk secara tidak prosedural dan “mayoritas korban trafficking dari Indonesia”.

“Kondisi WNI sejauh ini dalam keadaan aman dan KBRI telah menghimbau untuk tetap waspada, berada di lokasi masing-masing dan mematuhi jam malam serta menghubungi KBRI jika memerlukan bantuan,” paparnya.

Dia mengamini laporan yang menyebutkan bahwa staf Kedutaan Belanda telah dievakuasi ke gedung Kedutaan Jerman demi keamanan, mengingat konflik berlangsung di Zona Hijau, area yang menampung sejumlah bangunan pemerintah dan kedutaan asing.

Kondisi Baghdad saat ini, kata dia, mulai tenang dan konflik bersenjata telah mereda sejak Selasa (30/8/2022) pagi waktu setempat.

“Saat ini di siang hari tembakan yang makin sporadis sudah sedikit terdengar. Area konflik hanya terjadi di kawasan yang dinamakan sebagai Green Zone (Zona Hijau), sehingga tidak menyebar ke seluruh Baghdad,” papar Dubes Elmar sebagaimana dilansir dari BBC Indonesia.

Setidaknya 23 orang tewas dalam bentrokan antara para pendukung Al-Sadr dengan pasukan keamanan Irak.

EPA via BBC INDONESIA Setidaknya 23 orang tewas dalam bentrokan antara para pendukung Al-Sadr dengan pasukan keamanan Irak.

Baca juga: Iran Tutup Perbatasan Darat ke Irak Setelah Kerusuhan Berdarah Pecah di Baghdad

Latar belakang kerusuhan di Irak

Kerusuhan berdarah di Iran dipicu oleh keputusan ulama Muslim Syiah, Moqtada Al Sadr, untuk mundur dari kancah politik.

Keputusan tersebut mengemuka dua hari setelah dia menyeru kepada semua partai politik dan sosok, yang terlibat dalam politik Irak menyusul invasi pimpinan AS pada 2003, untuk mundur.

Para politisi pendukung Al Sadr memenangkan kursi terbanyak dalam pemilihan umum Oktober 2021 lalu. Tetapi mereka tidak bisa mencapai kesepakatan untuk membentuk pemerintahan baru dengan blok terbesar kedua, yang sebagian besar terdiri dari partai-partai yang didukung Iran.

Setelah Al Sadr memutuskan mundur dari politik, para anggota milisinya, yang dikenal sebagai Brigade Perdamaian, menyerbu Istana Kepresidenan lalu bentrok dengan pasukan keamanan Irak dan milisi yang bersekutu dengan Iran.

Pemerintah Iran menutup perbatasannya dengan Irak sebagai tanggapan atas kerusuhan tersebut, dan Kuwait mendesak warganya untuk segera meninggalkan negara itu.

Baca juga: Irak Bergejolak, Massa Terobos Zona Hijau dan Menduduki Gedung Parlemen

AFP mewartakan bahwa semua korban tewas adalah pendukung Sadr, sementara sekitar 380 orang lainnya terluka menurut petugas medis Irak.

Seorang juru bicara untuk Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan ia khawatir dengan peristiwa itu dan meminta agar dilakukan "langkah-langkah segera untuk meredakan situasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com