Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump 400 Kali Minta Hak Diam Saat Diinterogasi Jaksa Agung New York

Kompas.com - 12/08/2022, 17:01 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

MANHATTAN, KOMPAS.com - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dilaporkan lebih dari 400 kali meminta hak hukum untuk tidak menjawab pertanyaan saat diinterogasi Jaksa Agung New York.

Hal tersebut dilaporkan oleh media-media AS pada Kamis (11/8/2022) setelah Trump menjalani deposisi tentang dugaan penipuan di bisnis real estat keluarganya.

Deposisi adalah pengumpulan semua alat bukti di bawah sumpah yang dimasukkan ke dalam proses sidang.

Baca juga: FBI Temukan Surat Kim Jong Un Saat Geledah Rumah Trump

Trump (76) diinterogasi selama empat jam (sebelumnya diberitakan enam jam) pada Rabu (10/8/2022) di kantor Jaksa Agung New York, Letitia James, di Manhattan.

The Washington Post melaporkan, Trump menyebutkan namanya kemudian mengutip Amendemen Kelima--yang memungkinkan individu menolak menjawab pertanyaan untuk menghindari menyalahkan diri sendiri--lebih dari 400 kali.

Saat menanggapi pertanyaan dari penyelidik tentang bisnisnya, penilaian properti, dan pinjamannya, Trump berulang kali menjawab "Jawaban yang sama," kata Washington Post merujuk pada Amandemen Kelima.

NBC News mengutip sumber yang mengetahui deposisi tersebut mewartakan, Trump menyebutkan Amendemen Kelima lebih dari 440 kali.

"Saya menolak menjawab pertanyaan di bawah hak dan hak istimewa yang diberikan kepada setiap warga negara di bawah Konstitusi Amerika Serikat," kata Trump, yang rumahnya digeledah FBI pada Senin (8/8/2022).

Situasi rumah mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Mar-a-Lago, Palm Beach, negara bagian Florida, saat digerebek FBI pada Senin (8/8/2022). Rumah Trump digerebek FBI dan brankasnya dibobol untuk penyelidikan.AP PHOTO/WILFREDO LEE Situasi rumah mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Mar-a-Lago, Palm Beach, negara bagian Florida, saat digerebek FBI pada Senin (8/8/2022). Rumah Trump digerebek FBI dan brankasnya dibobol untuk penyelidikan.
"Ketika keluarga Anda, perusahaan Anda, dan semua orang di sekitar Anda menjadi target Perburuan Penyihir yang tidak berdasar dan bermotivasi politik yang didukung oleh pengacara, jaksa, dan Media Berita Palsu, Anda tidak punya pilihan," lanjutnya.

"Pertemuan yang sangat profesional," tulisnya di Truth Social, media sosial miliknya. "Memiliki perusahaan yang fantastis dengan aset yang besar, utang yang sangat sedikit, dan uang tunai yang banyak. Hanya di Amerika!"

Baca juga:

Jaksa Agung Letitia James mencurigai Trump Organizatio melebih-lebihkan nilai properti real estat ketika mengajukan pinjaman bank, sementara mengecilkan nilainya dengan otoritas pajak untuk membayar pajak lebih sedikit.

Jika James yang merupakan politisi Demokrat menemukan bukti pelanggaran keuangan, dia dapat menuntut ganti rugi ke Trump Organization, tetapi tidak dapat mengajukan tuntutan pidana karena ini adalah penyelidikan perdata.

Kantor Jaksa Agung New York mengonfirmasi Trump memohon hak Amendemen Kelima.

Adapun FBI dan Kementerian Kehakiman menolak memberikan alasan secara terbuka untuk penggerebekan rumah mewah Trump di Mar-a-Lago, Florida.

Namun, kantor-kantor media AS mengatakan, itu adalah penggeledahan yang disahkan pengadilan terkait potensi penyelewengan dokumen rahasia yang dikirim ke Mar-a-Lago setelah Trump meninggalkan Gedung Putih pada Januari 2021.

Baca juga: FBI Gerebek Rumah Donald Trump di Mar-a-lago Florida

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com