BAGHDAD, KOMPAS.com - Massa pendukung ulama kuat Irak Moqtada Sadr menerobos Zona Hijau Baghdad yang dijaga ketat pada Sabtu (30/7/2022), menduduki gedung parlemen tanpa rencana segera untuk pergi.
Krisis politik di Irak semakin dalam dan ini adalah kali kedua dalam beberapa hari para pendukung Sadr memaksa masuk ke gedung legislatif.
Baca juga: 9 Warga Sipil Tertembak Artileri di Kurdistan, Irak Salahkan Turkiye, Peringatkan Ada Balasan
Gejolak mulai terjadi beberapa bulan setelah pemilihan umum yang gagal menghasilkan pembentukan pemerintahan.
"Para demonstran mengumumkan aksi menduduki (Parlemen) sampai pemberitahuan lebih lanjut," kata gerakan Sadr dalam sebuah pernyataan singkat kepada wartawan melalui platform pesan WhatsApp dan dibawa oleh kantor berita negara INA sebagaimana dilansir AFP.
Pendukung Sadr, yang pernah memimpin milisi melawan pasukan pemerintah AS dan Irak, menentang pencalonan Mohammed al-Sudani yang baru-baru ini diumumkan.
Mohammed al-Sudani adalah Perdana Menteri terpilih dari blok pro-Iran.
Demonstran mengibarkan bendera Irak dan gambar ulama di dalam badan legislatif. Mereka memadati ruangan di mana beberapa duduk di meja anggota parlemen, sementara yang lain berkeliaran, mengangkat ponsel mereka untuk merekam pendudukan.
Mereka menerobos masuk setelah ribuan pemrotes berkumpul di ujung jembatan menuju Zona Hijau, merobohkan penghalang beton yang melindunginya dan berlari ke dalam, seorang fotografer AFP melaporkan.
Baca juga: Kompleks Gas Irak Dihantam Tiga Serangan Roket dalam 72 Jam
Pasukan keamanan menembakkan gas air mata di dekat pintu masuk ke distrik itu, tempat kedutaan besar asing dan gedung pemerintah lainnya serta parlemen.
Beberapa pengunjuk rasa di jembatan terluka dan dibawa pergi oleh sesama demonstran.
"Semua orang bersamamu Sayed Moqtada," teriak para pengunjuk rasa, menggunakan gelar Sadr Moqtada sebagai keturunan Nabi.
Blok Sadr muncul dari pemilihan pada Oktober sebagai faksi parlemen terbesar, tetapi masih jauh dari mayoritas. Sepuluh bulan kemudian, kebuntuan terus berlanjut selama pembentukan pemerintahan baru.
Sadr yang lincah, yang sudah lama menjadi pemain dalam politik negara itu, dan memiliki jutaan pengikut setia di antara populasi mayoritas Syiah di negara itu.
Pendukungnya menentang pencalonan mantan menteri dan mantan gubernur provinsi Sudani, yang merupakan pilihan Perdana Menteri dari kubu pro-Iran, Coordination Framework.
Protes Irak ini adalah tantangan terbaru bagi negara yang kaya minyak, yang tetap terperosok dalam krisis politik dan sosial-ekonomi meskipun harga minyak mentah global meningkat.
Baca juga: Badai Pasir Kambali Terjang Irak, Penerbangan Sampai Dihentikan