LONDON, KOMPAS.com - Posisi perdana menteri Britania Raya tampak semakin terancam. PM Boris Johnson menghadapi puluhan pengunduran diri dari pemerintahannya, termasuk dua menteri kabinet berprofil tinggi.
Dilansir Vox, pengunduran diri terjadi sekitar sebulan setelah Johnson "selamat" dari pemungutan suara tanpa kepercayaan di antara sesama anggota Parlemen Konservatif.
Johnson menghadapi tuduhan berbulan-bulan, termasuk bahwa ia berbohong selama krisis Covid-19.
Baca juga: Daftar 44 Pejabat dan Menteri Inggris yang Keluar, PM Boris Johnson Semakin Tertekan
Johnson berpegang pada pekerjaannya, tetapi margin yang cukup tipis membuatnya melemah secara politik. Beberapa pada akhirnya menafsirkannya sebagai awal kejatuhan baginya.
Johnson mungkin tidak dapat menahan serangan pengunduran diri ini, yang juga didorong skandal lain.
Skandal terakhir melibatkan wakil ketua Partai Konservatif, Chris Pincher, yang dipaksa mengundurkan diri minggu lalu di tengah tuduhan mabuk di sebuah klub swasta dan meraba-raba dua orang.
Tuduhan lain dari pelanggaran seksual Pincher terjadi lagi, termasuk salah satunya dari 2019, ketika Pincher bertugas di kantor asing.
Baca juga: PM Inggris Boris Johnson Hadapi Guncangan, Menkeu dan Menkes Mundur Sekaligus
Hal ini langsung menimbulkan pertanyaan: Apakah Johnson tahu hal itu dan apakah ia mempromosikan Pincher, seorang loyalisnya, menjadi wakil kepala meskipun ada tuduhan itu.
Johnson meminta maaf pada Selasa (5/7/2022) karena menunjuk Pincher, mengatakan itu adalah "kesalahan".
Tapi sepertinya sudah terlambat. Pada Selasa malam, dua pejabat senior Johnson, menteri keuangan Rishi Sunak dan sekretaris kesehatan Sajid Javid, keduanya mengundurkan diri dari kabinet, menyebut integritas Johnson dipertanyakan.
Langkah mereka memicu pengunduran diri masif. Lebih dari 35 orang pada Rabu (6/7/2022), memilih mundur, dengan kemungkinan lebih banyak lagi yang akan menempuh jalan serupa.
Baca juga: 6 Menteri Mundur dari Pemerintahan Inggris, Total Sudah 27 Menteri
Baik Jawa maupun Sunak adalah tokoh-tokoh besar dalam Partai Konservatif yang mungkin memiliki rancangan mereka sendiri tentang kepemimpinan, sehingga keputusan mereka akan sulit untuk diatasi.
Johnson, tentu saja, akan mengganti para menteri itu. Tapi media Inggris melaporkan bahwa beberapa pejabat kabinet top Johnson saat ini bergerak untuk meyakinkan perdana menteri bahwa saat ini, sudah waktunya untuk pergi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.