Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Italia Aborsi Legal, tapi Sulit Menemukan Layanannya

Kompas.com - 14/06/2022, 17:00 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

ROMA, KOMPAS.com – Praktik aboris di Italia termasuk legal, tetapi penduduk dilaporkan sulit untuk dapat menemukan layanannya.

Selama 40 tahun, ginekolog Michele Mariano menjadi satu-satunya orang yang melakukan aborsi di wilayah Molise yang konservatif di Italia.

Dia telah menunda pensiun dua kali karena tidak ada dokter yang akan menggantikannya.

Baca juga: Italia Akan Bunuh 1.000 Babi karena Wabah Demam Babi Afrika

Di Italia, aborsi kehamilan usia hingga 90 hari setelah pembuahan telah legal sejak 1978, tetapi banyak penyedia layanan kesehatan tidak menawarkannya.

Dilansir dari AFP, Selasa (14/6/2022), mayoritas ginekolog menolak aborsi dengan alasan keberatan dari hati nurani, didorong oleh agama atau tekanan masyarakat.

Akibatnya, lusinan rumah sakit dan klinik di seluruh Italia tidak menyediakan layanan aborsi sama sekali.

Menemukan dokter untuk melakukannya bisa menjadi ladang ranjau, karena tidak ada daftar resmi yang mengungkapkan siapa yang melakukannya, sementara layanan sangat bervariasi di seluruh negeri.

"Seseorang pergi ke rumah sakit tanpa mengetahui apakah dokter di depan mereka akan mau melakukannya," kata Eleonora Mizzoni, 32, seorang aktivis aborsi di Pisa.

67 persen ginekolog adalah conscientious objection

Menurut angka Kementerian Kesehatan Italia terbaru pada 2019, sekitar 67 persen ginekolog di seluruh Italia, baik di kota-kota dan daerah pedesaan adalah conscientious objection atau menolak aborsi berdasarkan keyakinan pribadi petugas kesehatan.

Baca juga: Rusia Pelajari Rencana Perdamaian dengan Ukraina Usulan Italia

Angka itu melebihi 80 persen di lima dari 20 wilayah Italia.

Martina Patone, 35, menggambarkan bagaimana dia menelepon sekitar 10 rumah sakit di Roma dan kota-kota lain untuk melakukan aborsi delapan tahun lalu sebelum sebuah badan amal membantunya.

Dia telah mencari aborsi medis, yang melibatkan minum pil, tetapi pada akhirnya harus menjalani operasi.

Patone ingat harus menjelaskan kepada perawat bagaimana pil aborsi bekerja, dan sebelum mendapatkan bantuan dari badan amal harus mengantre pada pukul 6.00 pagi di "tangga berkarat" dari ruang bawah tanah rumah sakit Roma untuk dimasukkan ke dalam daftar tunggu yang panjang.

"Saya benar-benar berpikir pergi ke rumah sakit itu mudah. Tapi, tidak sama sekali," katanya kepada AFP.

Selain birokrasi, proses tersebut membuat perempuan merasa seolah-olah yang dilakukan adalah sesuatu yang salah.

Baca juga: Musisi Ukraina Menang Kontes Lagu di Italia, Zelensky Semringah

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com