Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bentrokan Pecah di Sri Lanka, Polisi Tembak Pengunjuk Rasa, Satu Tewas Belasan Terluka

Kompas.com - 20/04/2022, 07:28 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

COLOMBO, KOMPAS.com - Polisi Sri Lanka menembakkan peluru tajam untuk membubarkan pengunjuk rasa pada Selasa (19/4/2022), menewaskan satu orang dan melukai belasan lainnya.

Insiden itu terjadi ketika negara itu mencari bantuan keuangan cepat dari Dana Moneter Internasional (IMF), untuk meredakan krisis Sri Lanka yang memburuk.

Baca juga: Abaikan Demo Besar-besaran Rakyat, Presiden Sri Lanka Tunjuk 17 Anggota Kabinet Baru

Demonstrasi telah berkecamuk di negara kepulauan Asia Selatan berpenduduk 22 juta orang selama berminggu-minggu.

Demonstran menyuarakan kemarahan terhadap kesalahan penanganan ekonomi oleh pemerintah, yang telah menyebabkan kekurangan kebutuhan pokok dan pemadaman listrik yang berkepanjangan.

Mihiri Priyangani, direktur Rumah Sakit Pendidikan Kegalle, mengatakan setidaknya satu pengunjuk rasa tewas dan 12 terluka dirawat di rumah sakit, termasuk dua dalam kondisi kritis, setelah bentrokan pecah antara demonstran dan polisi di pusat kota Rambukkana.

Kematian pertama sejak protes damai dimulai bulan lalu ini kemungkinan telah ditembak, menurut Priyangani kepada Reuters.

"Kami menduga ada luka tembak, tapi perlu pemeriksaan post-mortem untuk memastikan penyebab pasti kematiannya."

Baca juga: Sri Lanka Minta IMF Beri Bantuan Keuangan Mendesak

Bentrokan meletus setelah polisi meminta pengunjuk rasa menjauh dari jalur kereta api utama yang telah mereka blokir selama berjam-jam, kata juru bicara polisi Nalin Thalduwa.

"Untuk mengendalikan situasi, polisi menembaki para pengunjuk rasa," kata Thalduwa kepada Reuters.

"Beberapa polisi yang terluka juga dirawat di rumah sakit," katanya, seraya menambahkan peluru tajam dan gas air mata telah digunakan untuk mengusir massa yang melempari batu dan benda-benda lain.

"Polisi masih di daerah itu dan berusaha memulihkan ketenangan."

Beberapa kelompok hak asasi dan diplomat asing menyerukan untuk menahan diri dan mengutuk kekerasan di Rambukkana, di mana polisi memberlakukan jam malam pada Selasa (19/4/2022) malam.

"Penyelidikan penuh dan transparan sangat penting dan hak rakyat untuk protes damai harus ditegakkan," kata Duta Besar AS untuk Sri Lanka, Julie Chung, dalam kicuannya.

Di Ibu Kota komersial Colombo, protes menuntut penggulingan Presiden Gotabaya Rajapaksa telah berlangsung selama lebih dari seminggu.

Baca juga: Sri Lanka Bangkrut, Harga Bensin Naik 10 Kali Lipat

Di parlemen pada Selasa (19/4/2022), Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa - kakak laki-laki presiden - mengulangi seruan untuk persatuan pemerintah, namun ditolak oposisi.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com