Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Shanghai Bentrok dengan Polisi, Tolak Rumahnya Jadi Tempat Karantina Pasien Covid

Kompas.com - 18/04/2022, 16:05 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

SHANGHAI, KOMPAS.com - Warga Shanghai di China terekam bentrok dengan polisi berpakaian hazmat, yang dilaporkan memaksa penduduk menyerahkan rumah sebagai tempat karantina Covid-19.

Shanghai, kota besar dengan populasi 25 juta orang dan pusat keuangan utama China, mengalami lonjakan kasus Covid-19 terbesar dua tahun lalu.

Wabah Covid-19 di Shanghai memicu kritik dari otoritas lokal dan menjadi ujian besar China terhadap kebijakan nol Covid yang ketat.

Baca juga: Frustasi atas Lockdown Shanghai, Warga Protes Ramai-ramai Berdiri di Balkon Berteriak-teriak

Pada Kamis (14/4/2022) malam, beberapa video beredar di media sosial yang menunjukkan penduduk di luar kompleks meneriaki jajaran petugas memegang tameng polisi yang mencoba menerobos barisan massa.

Dalam satu video yang diberitakan The Guardian pada Jumat (15/4/2022), polisi tampak melakukan beberapa penangkapan karena warga menuduh mereka memukul orang.

Jeritan dan tangisan juga bisa terdengar di belakang. Warga lainnya lalu mengeluarkan ponsel untuk merekam adegan itu.

Insiden tersebut dipicu ketika pihak berwenang memerintahkan 39 rumah tangga pindah dari kompleks, sehingga pasien Covid dapat ditempatkan di sana untuk memenuhi kebutuhan pencegahan dan pengendalian epidemi, menurut Zhangjiang Group pengembang kompleks perumahan.

"Ini gila," kata seorang warga di daerah itu kepada Guardian. “Kami tidak pernah menyangka ini bisa terjadi di Shanghai. Apakah kami bukan lagi jendela China bagi dunia? Bukankah para birokrat di Shanghai malu dengan apa yang terjadi di kota kita dalam beberapa pekan terakhir?”

Insiden amarah warga seperti ini jarang muncul di China, karena pemerintah menekan aksi penentangan dan sensor internet kerap menghapus informasi yang berkaitan dengan protes dari internet dengan cepat.

Baca juga:

Dalam sebuah video yang disiarkan langsung, seorang perempuan terdengar menangis dan bertanya “mengapa mereka membawa pergi orang tua?” saat pejabat polisi memasukkan seseorang ke dalam mobil.

Di video lain, beberapa warga terlihat berlutut di tanah memohon polisi untuk berhenti.

Zhangjiang Group mengatakan, telah memberikan kompensasi kepada penyewa dan memindahkan mereka ke unit lain di kompleks yang sama.

Dalam video livestream terpisah seorang perempuan terdengar berteriak, "Zhangjiang Group sedang mencoba mengubah kompleks kami menjadi tempat karantina, dan mengizinkan orang-orang positif Covid tinggal di kompleks kami."

Kelompok pengembang itu mengonfirmasi video yang beredar di internet benar terjadi, dan mengeklaim situasinya sekarang sudah tenang setelah beberapa warga menghalangi pembangunan pagar karantina.

Baca juga: Shanghai Tak Akan Lockdown meski Covid-19 Melonjak, Mulai Tinggalkan Strategi Nol-Covid?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Teroris Serang Kantor Polisi Malaysia, Singapura Waspada

Teroris Serang Kantor Polisi Malaysia, Singapura Waspada

Global
Kesal dengan Ulah Turis, Warga Jepang Tutup Pemandangan Gunung Fuji

Kesal dengan Ulah Turis, Warga Jepang Tutup Pemandangan Gunung Fuji

Global
Iran Setelah Presiden Ebrahim Raisi Tewas, Apa yang Akan Berubah?

Iran Setelah Presiden Ebrahim Raisi Tewas, Apa yang Akan Berubah?

Internasional
AS Tak Berencana Kirimkan Pelatih Militer ke Ukraina

AS Tak Berencana Kirimkan Pelatih Militer ke Ukraina

Global
WNI di Singapura Luncurkan 'MISI', Saling Dukung di Bidang Pendidikan dan Pengembangan Profesional

WNI di Singapura Luncurkan "MISI", Saling Dukung di Bidang Pendidikan dan Pengembangan Profesional

Global
Sebelum Tewas, Raisi Diproyeksikan Jadi Kandidat Utama Pemimpin Tertinggi Iran

Sebelum Tewas, Raisi Diproyeksikan Jadi Kandidat Utama Pemimpin Tertinggi Iran

Global
Biden Sebut Serangan Israel Bukan Genosida Saat Korban Tewas di Gaza Capai 35.562 Orang

Biden Sebut Serangan Israel Bukan Genosida Saat Korban Tewas di Gaza Capai 35.562 Orang

Global
Israel: 4 Jenazah Sandera Diambil dari Terowongan Gaza

Israel: 4 Jenazah Sandera Diambil dari Terowongan Gaza

Global
Polandia Tangkap 9 Orang yang Diduga Bantu Rencana Sabotase Rusia

Polandia Tangkap 9 Orang yang Diduga Bantu Rencana Sabotase Rusia

Global
Ikut Pelatihan, 1 Tentara Korea Selatan Tewas akibat Ledakan Granat

Ikut Pelatihan, 1 Tentara Korea Selatan Tewas akibat Ledakan Granat

Global
Hasil Penyelidikan Awal Ungkap Helikopter Presiden Iran Tak Punya Transponder

Hasil Penyelidikan Awal Ungkap Helikopter Presiden Iran Tak Punya Transponder

Global
Ebrahim Raisi Meninggal, Iran Akan Adakan Pemilihan Presiden pada 28 Juni

Ebrahim Raisi Meninggal, Iran Akan Adakan Pemilihan Presiden pada 28 Juni

Global
Apa Itu Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dan Mengapa ICC Mempertimbangkan Surat Perintah Penangkapan bagi Pemimpin Israel dan Hamas?

Apa Itu Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dan Mengapa ICC Mempertimbangkan Surat Perintah Penangkapan bagi Pemimpin Israel dan Hamas?

Internasional
Pemakaman Presiden Iran Akan Diadakan pada Kamis 23 Mei, Berikut Prosesinya

Pemakaman Presiden Iran Akan Diadakan pada Kamis 23 Mei, Berikut Prosesinya

Global
Rangkuman Hari Ke-817 Serangan Rusia ke Ukraina: 29 Drone Dijatuhkan | Penembakan Rusia Tewaskan 2 Orang

Rangkuman Hari Ke-817 Serangan Rusia ke Ukraina: 29 Drone Dijatuhkan | Penembakan Rusia Tewaskan 2 Orang

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com