Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Mengaku Operasi Militer di Ukraina untuk Akhiri Tatanan Dunia yang Didominisasi AS

Kompas.com - 12/04/2022, 16:29 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

MOSKWA, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, menjelaskan aksi militer Rusia di Ukraina dimaksudkan untuk mengakhiri tatanan dunia yang didominasi Amerika Serikat (AS).

"Washington telah mencari supremasi dengan memberlakukan aturan ad-hoc dan melanggar hukum internasional," kata dia dalam sebuah wawancara yang disiarkan oleh televisi Rusia pada Senin (11/4/2022).

Dia mengacu pada upaya Amerika Serikat untuk memaksakan apa yang disebut mereka sebagai "tatanan internasional berbasis aturan" yang telah mendapat perlawanan keras dari Moskwa dan China.

Baca juga: Menlu Rusia: Tidak Akan Ada Perang Nuklir di Ukraina, tapi...

"Operasi militer khusus kami dimaksudkan untuk mengakhiri ekspansi (NATO) yang tak tahu malu dan dorongan tak tahu malu menuju dominasi penuh oleh AS dan rakyat Baratnya di panggung dunia," kata Lavrov kepada saluran berita Rossiya 24, dilansir dari Russia Today (RT).

“Dominasi ini dibangun di atas pelanggaran berat hukum internasional dan di bawah beberapa aturan, yang sekarang sangat mereka sukai dan yang mereka buat berdasarkan kasus per kasus,” tambah dia.

Menurut Lavrov, Rusia termasuk di antara negara-negara yang tidak akan tunduk pada kehendak AS. 

"Rusia hanya akan menjadi bagian dari komunitas internasional yang setara dan tidak akan membiarkan negara-negara Barat mengabaikan masalah keamanan (Rusia) yang sah," ungkap dia.

Lavrov mengecam kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa (UE) Josep Borrell karena muncul untuk mendorong lebih banyak pertempuran di Ukraina.

Baca juga: 17 Museum Holocaust di 4 Negara Mengutuk Rusia: Invasi Sudah Kelewat Batas

Menurut dia, Borrell telah mengatakan bahwa konflik tersebut akan dimenangkan di medan perang saat dirinya mengumumkan lebih banyak bantuan militer ke Kyiv pada Sabtu (9/4/2022) lalu.

Lavrov menyebut pernyataan itu "keterlaluan".

“Ketika seorang kepala diplomatik mengatakan konflik tertentu hanya dapat diselesaikan melalui aksi militer. Yah, itu pasti sesuatu yang pribadi. Dia salah bicara atau berbicara tanpa berpikir, membuat pernyataan yang tidak diminta oleh siapa pun. Tapi itu komentar yang keterlaluan,” ujar dia.

Lavrov menilai peran Uni Eropa telah bergeser selama krisis keamanan Ukraina.

Menurut dia, Uni Eropa sebelumnya tidak bertindak sebagai organisasi militer yang berjuang secara kolektif melawan ancaman yang diciptakan.

Lavrov mengatakan perubahan itu adalah hasil dari tekanan yang diberikan kepada anggota Uni Eropa oleh AS, yang telah mendorongnya lebih dekat ke NATO.

Baca juga: Perang Ukraina: 3 Skenario NATO Terseret Konflik dengan Rusia dan Perparah Situasi

"Sementara itu, Rusia ingin merundingkan perdamaian dengan Ukraina," klaim Lavrov.

Moskwa diketahui menyerang Ukraina pada akhir Februari.

Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Kyiv telah menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali Donetsk dan Luhansk dengan paksa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com