Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekurangan Air dan Makanan, Risiko Kematian Mengintai Pengungsi Korban Topan Rai Filipina

Kompas.com - 21/12/2021, 17:58 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

MANILA, KOMPAS.com - Dua warga Filipina yang selamat dari kehancuran yang ditimbulkan oleh Topan Rai dilaporkan meninggal karena dehidrasi, menurut media lokal, ketika orang-orang di daerah yang dilanda badai memohon makanan dan air.

Para pejabat wilayah terdampak di Filipina memperingatkan potensi penjarahan jika tidak ada bantuan kemanusiaan yang dialokasikan segera.

Baca juga: Topan Rai Terkuat Terjang Filipina, 375 Orang Tewas

Kematian di pulau Siargao yang terkena dampak parah membuat jumlah korban topan menjadi setidaknya 392 pada Selasa (21/12/2021).

Menurut RMN Tacloban, kematian terjadi di desa Dapa pada Senin (20/12/2021) di tengah kekurangan air bersih, beberapa hari setelah Topan Rai pertama kali menerjang daerah tersebut.

Stasiun radio mengutip otoritas kesehatan yang mengatakan bahwa desa itu sangat membutuhkan generator serta bahan bakar untuk mendapatkan air bersih.

Topan Rai, yang melanda Filipina Kamis lalu, adalah topan terkuat yang melanda kepulauan itu tahun ini.

Pekerja bantuan di daerah yang terkena badai melaporkan "pembantaian total", dengan mengatakan topan menghancurkan rumah, sekolah, dan rumah sakit sampai hancur berkeping-keping.

Banyak akses daerah tetap terputus, dengan badai merusak jaringan listrik dan telekomunikasi, sehingga menghambat upaya penyaluran bantuan.

Di pulau Dinagat, Fely Pedrablanca, Wali Kota Tubajon, mengatakan persediaan makanan di kotanya hampir habis.

“Mungkin dalam beberapa hari, kita akan benar-benar kehabisan,” katanya melansir Al Jazeera pada Selasa (21/12/2021).

Baca juga: Asia Tenggara Diterjang Bencana Alam: Banjir Bandang Malaysia, Topan Rai Filipina

Ancaman penjarahan

Foto-foto di Surigao del Norte, sebuah provinsi di pulau selatan Mindanao, menunjukkan penduduk kota Anahawan membawa poster memohon bantuan keuangan untuk membeli makanan.

Badan mitigasi bencana provinsi mengatakan 90 hingga 95 persen rumah di provinsi tersebut rusak dan sebanyak 80 persen penduduk kehilangan tempat tinggal.

Di Bohol, Gubernur Arthur Yap mengatakan provinsinya juga kehabisan persediaan. Dia mengaku tidak bisa lagi mengamankan beras dan makanan lainnya, karena dana daruratnya sudah habis.

Dia mengatakan banyak dari 1,2 juta orang di provinsi pulaunya, tetap tanpa listrik dan layanan telepon seluler selama lima hari setelah topan melanda. Kini mereka menjadi semakin putus asa.

Yap mengatakan departemen kesejahteraan sosial pemerintah Filipina telah berjanji untuk mengirim 35.000 paket makanan. Jumlah itu dinilai tidak memadai untuk 375.000 keluarga di provinsi itu, tetapi bahkan bantuan itu pun belum tiba.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com