Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kontroversi Suntikan Booster Covid-19 untuk Negara Maju

Kompas.com - 14/08/2021, 10:42 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Guardian

LONDON, KOMPAS.com - Lebih banyak orang di seluruh dunia akan meninggal karena Covid-19 kalau para pemimpin politik barat “menolak tanggung jawab terhadap umat manusia lainnya” dengan memprioritaskan suntikan penguat untuk populasi mereka sendiri daripada berbagi dosis vaksin.

Peringatan ini disampaikan kepala kelompok vaksin Oxford yang menulis untuk Guardian, Prof Sir Andrew Pollard dan Seth Berkley, kepala eksekutif Gavi, aliansi vaksin.

Mereka mengatakan bahwa segala yang dilakukan negara maju memiliki konsekuensi luas di negara lain.

Baca juga: WHO Sebut Vaksin Booster Belum Dibutuhkan, Ini Alasannya

“Ini adalah momen kunci bagi para pengambil keputusan,” tulis mereka.

“Peningkatan booster skala besar di satu negara kaya akan mengirimkan sinyal ke seluruh dunia bahwa booster dibutuhkan di mana-mana."

"Ini akan menyedot banyak dosis vaksin keluar dari sistem, dan lebih banyak orang akan mati karena mereka bahkan tidak pernah memiliki kesempatan untuk mendapatkan dosis tunggal."

"Sejarah akan mengingat saat di mana para pemimpin politik memutuskan untuk menolak tanggung jawab mereka kepada umat manusia lainnya dalam krisis terbesar dalam hidup kita,” tambahnya.

Baca juga: Studi: Vaksin Booster dari Sinovac Tingkatkan Antibodi 7 Kali Lipat

Sebelumnya, anggota parlemen Inggris Sajid Javid mengatakan bahwa ada rencana untuk menawarkan booster Covid-19 kepada semua orang berusia di atas 50-an pada saat yang sama ketika mereka menerima suntikan Covid-19.

Namun, Prof Adam Finn, yang duduk di Komite Gabungan Vaksinasi dan Imunisasi (JCVI) dan memberi nasihat kepada pemerintah, mengatakan peluncuran massal semacam itu mungkin tidak diperlukan.

Kemungkinan booster hanya diperlukan untuk melindungi sejumlah kecil virus dari orang yang paling rentan.

Di sisi lain, Jerman, Prancis, dan Israel, semuanya merencanakan, atau sudah menjalankan, booster untuk warga lanjut usia, meskipun detail kelayakannya berbeda-beda di setiap negara.

Tapi, WHO mengatakan bahwa menghentikan suntikan booster hingga setidaknya akhir September, akan membantu mengurangi ketimpangan drastis dalam distribusi vaksin antara negara kaya dan miskin.

Tapi negara seperti AS, mengindikasikan tidak akan mengindahkan seruan WHO, dan menggambarkannya sebagai "pilihan yang salah".

Baca juga: WHO Minta Negara Kaya Dunia Tunda Program Booster Vaksin Covid-19

Tetapi Pollard dan Berkley menulis bahwa sementara vaksin telah membawa harapan dan kemungkinan akan menyelamatkan jutaan nyawa secara global, ribuan masih meninggal karena Covid setiap minggu dan banyak negara masih putus asa.

“Sebagian besar orang yang akan meninggal karena Covid tahun ini bisa diselamatkan jika kita melakukan ini dengan benar,” kata mereka.

"Jika kita fokus pada tingkat antibodi saja, kita bisa memvaksinasi semua orang berulang kali untuk mengatasi virus yang terus bermutasi. Tujuan vaksinasi bukanlah untuk mencegah orang terkena infeksi ringan, tapi untuk mencegah rawat inap dan kematian.”

“Karena kita memiliki kemewahan dua dosis, kita tidak boleh terburu-buru untuk meningkatkan booster bagi jutaan orang, sementara waktu hampir habis bagi mereka yang tidak memiliki apa-apa. Dosis pertama dulu. Sesederhana itu,” tulis mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

ICJ Perintahkan Israel Buka Penyeberangan Rafah di antara Mesir dan Gaza

ICJ Perintahkan Israel Buka Penyeberangan Rafah di antara Mesir dan Gaza

Global
Pria Ini Pesan Burger McDonald's dengan Menghapus Semua Unsur, Ini yang Didapat

Pria Ini Pesan Burger McDonald's dengan Menghapus Semua Unsur, Ini yang Didapat

Global
Surat Perintah Penangkapan Netanyahu Disebut Tak Berlaku di Hongaria

Surat Perintah Penangkapan Netanyahu Disebut Tak Berlaku di Hongaria

Global
Singapore Airlines Ubah Aturan Sabuk Pengaman dan Rute Setelah Turbulensi Fatal

Singapore Airlines Ubah Aturan Sabuk Pengaman dan Rute Setelah Turbulensi Fatal

Global
Singapore Airlines Minta Maaf Setelah Penumpang Terluka Keluhkan Diamnya Maskapai

Singapore Airlines Minta Maaf Setelah Penumpang Terluka Keluhkan Diamnya Maskapai

Global
Kepala CIA Bakal ke Paris, Bahas Lagi Gencatan Senjata di Gaza

Kepala CIA Bakal ke Paris, Bahas Lagi Gencatan Senjata di Gaza

Global
Beberapa Sumber: Putin Inginkan Gencatan Senjata di Ukraina Garis Depan

Beberapa Sumber: Putin Inginkan Gencatan Senjata di Ukraina Garis Depan

Global
Mampukah Taiwan Pertahankan Diri jika China Menyerang?

Mampukah Taiwan Pertahankan Diri jika China Menyerang?

Internasional
Kematian Presiden Raisi Membuat Warga Iran Terbagi Jadi Dua Kubu

Kematian Presiden Raisi Membuat Warga Iran Terbagi Jadi Dua Kubu

Internasional
China Uji Coba Rebut Taiwan dalam Lanjutan Latihan Perang

China Uji Coba Rebut Taiwan dalam Lanjutan Latihan Perang

Global
Tanah Longsor di Papua Nugini, Diyakini Lebih dari 100 Orang Tewas

Tanah Longsor di Papua Nugini, Diyakini Lebih dari 100 Orang Tewas

Global
Wanita Ini Kencan 6 Kali Seminggu agar Tak Beli Bahan Makanan, Hemat Rp 250 Juta

Wanita Ini Kencan 6 Kali Seminggu agar Tak Beli Bahan Makanan, Hemat Rp 250 Juta

Global
Penikaman di China oleh Seorang Pria, 8 Orang Tewas

Penikaman di China oleh Seorang Pria, 8 Orang Tewas

Global
Imbas Perang di Gaza, Otoritas Palestina Berisiko Alami Keruntuhan Keuangan

Imbas Perang di Gaza, Otoritas Palestina Berisiko Alami Keruntuhan Keuangan

Global
Hari Ini, Mahkamah Internasional Bakal Putuskan Upaya Gencatan Senjata di Gaza

Hari Ini, Mahkamah Internasional Bakal Putuskan Upaya Gencatan Senjata di Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com