Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Temukan Komet Terbesar, Seribu Kali Lebih Besar dari Lainnya

Kompas.com - 27/07/2021, 17:06 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber CNN

HARRISBURG, KOMPAS.com - Para astronom telah menemukan komet terbesar yang diketahui, yang berukuran sekitar seribu kali lebih besar daripada yang lain.

Dilansir CNN, penemuan terbaru ini dinamakan Komet Bernardinelli-Bernstein.

Penamaan ini dilakukan karena komet ditemukan mahasiswa pascasarjana jurusan fisika dan astronomi Universitas Pennsylvania, Pedro Bernardinelli dan Profesor Gary Bernstein.

Komet ini memiliki lebar antara 62 hingga 124 mil (100 hingga 200 kilometer). Tim mengumumkan penemuan itu pada Juni lalu.

Baca juga: Komet Raksasa dan Upaya Mencapai Tepian Surya

Komet yang tidak biasa ini akan membuat pendekatan terdekatnya dengan matahari pada 2031 mendatang.

Tetapi, manusia mungkin memerlukan teleskop amatir yang besar untuk melihatnya.

Komet raksasa, yang juga dikenal sebagai C/2014 UN271, berasal dari pinggiran tata surya dan telah menuju matahari selama jutaan tahun.

Ini juga merupakan komet paling jauh yang ditemukan dalam perjalanan masuknya, yang akan memberi para ilmuwan kesempatan untuk mengamati dan mempelajarinya selama bertahun-tahun yang akan datang.

Komet Bernardinelli-Bernstein ditemukan dalam enam tahun, dan berasal data yang dikumpulkan oleh Dark Energy Camera, yang terletak di Teleskop 4 meter Víctor M. Blanco di Cerro Tololo Inter-American Observatory di Chili.

Data yang dikumpulkan oleh kamera ini dimasukkan ke dalam The Dark Energy Survey, sebuah kolaborasi lebih dari 400 ilmuwan di tujuh negara dan 25 institusi.

Baca juga: Terbesar Sepanjang Sejarah Manusia, Komet Raksasa Masuki Tata Surya Bagian Dalam

Kamera yang dikenal sebagai DECam ini, membantu memetakan 300 juta galaksi di langit malam.

DECam juga membantu menangkap sekilas komet dan objek trans-Neptunan, atau benda langit es yang berada di sepanjang pinggiran tata surya, di luar orbit Neptunus.

Bernardinelli dan Bernstein menggunakan algoritma di National Center for Supercomputing Applications di University of Illinois di Urbana-Champaign, untuk mengidentifikasi objek trans-Neptunus.

Selama pekerjaan mereka, para astronom melacak 32 deteksi ke satu objek.

Baca juga: Studi Sebut Komet yang Tabrak Bumi Bantu Memicu Lahirnya Peradaban

Komet, menurut pengertiannya, adalah peninggalan es yang dikeluarkan dari tata surya ketika planet-planet raksasa terbentuk dan bermigrasi ke konfigurasi mereka saat ini.

Saat komet mendekati matahari selama orbitnya, esnya menguap, dan menciptakan penampilan khasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com