Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Bombardir Pejabat Kuba dengan Sanksi, Biden: Ini Baru Permulaan

Kompas.com - 23/07/2021, 12:18 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber BBC

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pemerintah AS membombardir pejabat Kuba dengan sanksi buntut penindakan brutal terhadap demonstran pada awal Juli.

Manuver pemerintahan Presiden Joe Biden ini terjadi di tengah desakan warga Amerika-Kuba dan politisi untuk mengakhiri rezim komunis di sana.

Washington dilaporkan juga mengupayakan agar layanan internet di negara kawasan Karibia itu tidak diputus pemerintah.

Baca juga: Dituding Jadi “Negara Gagal”, Presiden Kuba Serang Balik AS

Pada 11 Juli, terjadi aksi protes yang disebut terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Ratusan orang ditangkap dan satu demonstran tewas.

Pemerintahan Presiden Miguel Diaz-Canel menyalahkan Washington dan sanksi ekonomi sebagai penyebab rakyatnya berdemonstrasi.

Demonstran menyatakan, mereka marah lantaran selain pangan dan obat-obatan menipis, harganya meroket, ditambah ketidakbecusan pemerintah menangani Covid-19.

Sanksi yang diumumkan AS menyasar Menteri Pertahanan Jenderal Alvaro Lopez Miera dan pasukan khusus kementerian dalam negeri.

Dilansir BBC Kamis (22/7/2021), seluruh aset pejabat yang disanksi AS akan dibekukan, dan mereka dilarang bertransaksi dengan warga Benua Amerika lainnya.

"Ini baru permulaan. AS akan terus menghukum individu yang bertanggung jawab atas penindasan rakyat Kuba," tegas Biden.

Baca juga: Demo Kuba, YouTuber Ditangkap Polisi Saat Siaran Langsung di TV

Sumber internal pemerintah AS mengungkapkan, Biden berencana menambahkan staf di kedutaan besar mereka di Havana untuk mendukung rakyat Kuba.

Gedung Putih juga mendiskusikan rakyat Kuba yang tinggal di luar negeri bisa mengirim uang kepada keluarga mereka tanpa harus melalui bank milik pemerintah.

Biden sendiri mempriotitaskan negara yang pernah dipimpin Fidel Castro tersebut dalam pemilihan presiden 2020.

Dalam debat pilpres, Biden berseloroh dia akan meninjau lagi kebijakan yang dikeluarkan pendahulunya, Donald Trump.

Baca juga: Satu Orang Tewas, Lebih dari 100 Orang Hilang dalam Demonstrasi Anti-pemerintah Kuba

Adapun pada 2015, Presiden Barack Obama sempat memulihkan hubungan diplomtik dengan pemerintahan Raul Castro, adik Fidel.

Jurnalis BBC Anthony Zurcher menerangkan, Kuba merupakan isu sensitif yang bisa mengganggu pemerintahan Joe Biden.

Di sisi lain, kelompok kiri ingin agar presiden berusia 78 tahun tersebut menggunakan pendekatan era Obama.

"Tapi, kalangan garis keras Kuba menudingnya terlalu lembek, terutama mereka yang memilihnya di wilayah penting Florida," papar Zurcher.

Baca juga: Pedemo Miami Blokade Jalan, Dukung Demonstrasi di Kuba

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Menhan Rusia Ingin Negara Sekutunya di Asia Tingkatkan Latihan Militer

Menhan Rusia Ingin Negara Sekutunya di Asia Tingkatkan Latihan Militer

Global
Korea Utara Tuduh AS Politisasi Masalah HAM

Korea Utara Tuduh AS Politisasi Masalah HAM

Global
Rangkuman Hari Ke-794 Serangan Rusia ke Ukraina: Warga Latvia Diminta Siapkan Tempat Berlindung | IOC Bicara Rusia dan Israel

Rangkuman Hari Ke-794 Serangan Rusia ke Ukraina: Warga Latvia Diminta Siapkan Tempat Berlindung | IOC Bicara Rusia dan Israel

Global
 Hubungan Sesama Jenis di Irak Dapat Dihukum 15 Tahun Penjara

Hubungan Sesama Jenis di Irak Dapat Dihukum 15 Tahun Penjara

Global
Video Detik-detik Sopir Mobil Gagalkan Penjabretan di Pinggir Jalan, Pepet Motor Pelaku

Video Detik-detik Sopir Mobil Gagalkan Penjabretan di Pinggir Jalan, Pepet Motor Pelaku

Global
Afrika Selatan Peringati 30 Tahun Apartheid, Kemiskinan Masih Jadi Isu Utama

Afrika Selatan Peringati 30 Tahun Apartheid, Kemiskinan Masih Jadi Isu Utama

Global
Polisi Bubarkan Perkemahan dan Tangkap 192 Demonstran Pro-Palestina di 3 Kampus AS

Polisi Bubarkan Perkemahan dan Tangkap 192 Demonstran Pro-Palestina di 3 Kampus AS

Global
[UNIK GLOBAL] Perempuan 60 Tahun Menang Miss Buenos Aires | Diagnosis Penyakit 'Otak Cinta'

[UNIK GLOBAL] Perempuan 60 Tahun Menang Miss Buenos Aires | Diagnosis Penyakit "Otak Cinta"

Global
Hamas Rilis Video 2 Sandera yang Desak Pemerintah Israel Capai Kesepakatan

Hamas Rilis Video 2 Sandera yang Desak Pemerintah Israel Capai Kesepakatan

Global
Hezbollah Tembakkan Peluru Kendali ke Israel

Hezbollah Tembakkan Peluru Kendali ke Israel

Global
Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Internasional
New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

Global
Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Global
Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com