Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Kuba: Protes Bagian dari Rencana AS untuk “Memecah” Partai Komunis

Kompas.com - 13/07/2021, 16:21 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

HAVANA, KOMPAS.com - Presiden Kuba, Miguel Diaz-Canel, mengklaim ada "penjahat memalukan" yang mencoba memecah revolusi komunis negaranya, setelah pulau Karibia itu menyaksikan protes anti-pemerintah terbesarnya dalam hampir tiga dekade terakhir.

Pejabat Kuba menyalahkan Amerika Serikat (AS) atas demonstrasi yang pecah pada Minggu (11/7/2021).

Sementara Presiden AS Joe Biden meminta para pemimpin pulau itu mendengar “seruan keras untuk kebebasan” dari warganya.

“Rakyat Kuba dengan berani menegaskan hak-hak fundamental dan universal,” kata Biden dalam sebuah pernyataan.

Baca juga: Demo Terbesar dalam 3 Dekade di Kuba Pecah karena Kelaparan

Disponsori AS?

Díaz-Canel, yang baru-baru ini menggantikan Raul Castro sebagai tokoh utama partai Komunis Kuba, melihat protes itu sebagai bagian dari plot media sosial yang didukung AS, untuk membangkitkan ketidakpuasan publik dan menggulingkan rezim Kuba.

"Pendekatannya tidak damai kemarin," klaim politisi berusia 61 tahun itu, mengkritik perilaku yang "benar-benar tercela" dari beberapa demonstran yang dia tuduh melemparkan batu ke polisi dan menghancurkan mobil.

Díaz-Canel mengakui pengunjuk rasa lain memiliki kekhawatiran yang sah atas kekurangan makanan dan pemadaman. Tapi dia menyalahkan masalah itu pada sanksi AS.

“Adalah sah untuk merasa tidak puas,” kata sekretaris pertama partai Komunis Kuba yang berkuasa itu melansir Guardian pada Senin (12/7/2021).

Rogelio Polanco Fuentes, seorang pejabat tinggi partai yang menjalankan departemen ideologi, mengecam protes sebagai bagian dari upaya yang disponsori AS.

Menurutnya itu dilakukan untuk menciptakan “ketidakstabilan dan kekacauan” di Kuba. Sementara negara itu tengah mengalami kemerosotan ekonomi terburuk dalam beberapa dekade, dan diperburuk oleh krisis Covid-19.

Polanco Fuentes membandingkan protes Minggu (11/7/2021) dengan pemberontakan yang didukung AS namun gagal, terhadap pemimpin otoriter Venezuela, Nicolas Maduro, pada 2019.

“Kita hidup dalam babak baru perang non-konvensional … di tempat lain mereka menyebut ini Revolusi Warna … atau kudeta lunak,” kata Polanco.

Baca juga: Ribuan Warga Kuba Turun ke Jalan Berdemo Menentang Pemerintahnya


#SOSCuba

Para demonstran Kuba menolak klaim-klaim tentang protes yang terjadi di Kuba pada Minggu (11/7/2021). Menurut mereka, ribuan orang turun ke jalan untuk mengecam kurangnya obat-obatan dan makanan, serta kurangnya kebebasan politik.

Pada Minggu sore, demonstrasi mencapai salah satu lokasi paling ikonik di Kuba: Malecon di tepi laut di ibu kota Havana. Di sana ribuan pengunjuk rasa terlihat meneriakkan "tanah air dan kehidupan" dan "kebebasan".

Kawasan pejalan kaki Malecon juga menjadi tempat demonstrasi signifikan terakhir di Kuba. Saat itu, ledakan perbedaan pendapat yang tiba-tiba dan berumur pendek terjadi pada 1994 yang dikenal sebagai "Pemberontakan Maleconazo".

Halaman:
Sumber Guardian

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com