PARIS, KOMPAS.com - Perancis membuka penyelidikan terhadap spyware Pegasus menyusul laporan yang mengatakan Presiden Emmanuel Macron kemungkinan menjadi sasaran spionase tersebut.
Kejaksaan Paris membuka penyelidikan atas dugaan penggunaan spyware Pegasus, Selasa (20/7/2021).
Baca juga: Spyware Pegasus: Asal-usul, Cara Kerja, dan Bahayanya
Jaksa mengatakan, pihaknya sedang menyelidiki berbagai tuduhan, termasuk pelanggaran privasi, penggunaan data secara ilegal, dan penjualan spyware secara ilegal.
Investigasi itu tidak menyebutkan tersangka, tetapi bertujuan untuk menentukan pelaku yang akhirnya bisa diadili.
Baca juga: Skandal Spyware Pegasus Buatan Israel Merebak, Ini Kata Presiden Uni Eropa
Macron adalah salah satu dari 14 kepala negara atau mantan kepala negara yang mungkin menjadi sasaran peretasan, kata Amnesty International.
Presiden Pakistan Imran Khan, Cyril Ramaphosa dari Afrika Selatan, dan Barham Salih dari Irak juga diyakini menjadi target potensial.
Baca juga: 50.000 Nomor Telepon Dipantau Spyware Pegasus Buatan Israel, Mayoritas Jurnalis dan Aktivis
"Pengungkapan yang belum pernah terjadi sebelumnya seharusnya membuat para pemimpin dunia merinding," kata Sekretaris Jenderal Amnesty International Agnes Callamard dalam sebuah pernyataan.
Surat kabar Perancis Le Monde juga melaporkan pada Selasa bahwa ponsel Macron dan 15 pejabat lainnya mungkin menjadi salah satu target potensial peretasan perangkat lunak Pegasus pada 2019.
Kantor Macron menanggapi laporan itu dan mengatakan bahwa pihak berwenang akan menyelidiki tuduhan tersebut, tetapi jika penargetan presiden terbukti, tindakan yang diambil akan menjadi sangat serius.
Baca juga: Pegasus, Spyware Rancangan Perusahaan Israel Retas Banyak Jurnalis dan Aktivis di Dunia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.