WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Madagaskar dilanda kelaparan parah yang membuat masyarakat terpaksa memakan belalang, kaktus, dedaunan, hingga lumpur.
PBB memperingatkan bahwa bencana kelaparan yang melanda Madagaskar akibat dari perubahan iklim ekstrem, membuat kekeringan berkepanjangan selama bertahun-tahun.
Situasi yang memprihatinkan di Madagaskar mendorong Direktur eksekutif Program Pangan Dunia (WFP) David Beasley berkunjung dan ia menggambarkan situasi negara itu "sesuatu yang Anda lihat di film horor".
Baca juga: Dokumen PBB: 350.000 Orang di Tigray Etiopia Kelaparan
Direktur regional WFP untuk Afrika Selatan, Lola Castro yang menemani Beasley ke Madagaskar menyebut krisis kelaparan di Madagaskar itu "sangat dramatis" dalam sebuah wawancara video dengan wartawan di markas besar PBB di New York.
Kemudian, ia memperingatkan, "Yang terburuk akan segera datang."
Baca juga: Utusan HAM PBB Khawatir Banyak Korban Tewas akibat Kelaparan di Myanmar
“Kami memiliki orang-orang di ambang kelaparan dan tidak ada konflik. Hanya ada perubahan iklim yang paling buruk mempengaruhi mereka,” kata Castro, seperti yang dilansir dari AFP pada Jumat (25/6/2021).
Ia menambahkan bahwa “tindakan cepat” dari komunitas internasional “sangat diperlukan”.
"Orang-orang ini tidak berkontribusi apa pun terhadap perubahan iklim dan mereka menanggung seluruh beban perubahan iklim," tandasnya, mengutip perkataan Beasley.
Baca juga: Cerita Pembelot Korut Lolos dari Perbudakan dan Kelaparan, Kini Ikut Pemilu di Inggris
WFP mengatakan Madagaskar, di lepas pantai tenggara Afrika, adalah "negara pertama di dunia yang mengalami kondisi seperti kelaparan sebagai akibat dari krisis iklim."
Situasi paling mengerikan di Madagaskar selatan. Lebih dari sebulan yang lalu, PBB memperingatkan bahwa lebih dari satu juta orang di selatan menghadapi "kerentanan pangan akut."
Baca juga: Krisis Myanmar Makin Parah, Jutaan Orang Terancam Kelaparan
Sebagian besar penduduk Madagaskar selatan bergantung pada pertanian, peternakan, dan perikanan. Produksi pangan turun drastis sejak 2019.
Sulit untuk memberikan bantuan ke negara kepulauan itu dan disebutkan wartawan pun sulit mengakses daerah-daerah yang paling parah terkena dampak kekeringan karena pembatasan terkait virus corona.
Badan-badan bantuan juga telah berjuang untuk menarik perhatian publik terhadap krisis yang dihadapi Madagaskar, saat dana bantuan kurang.
Baca juga: PBB: Kekerasan Seksual dan Kelaparan Jadi Strategi Perang di Tigray
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.