Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produksi Chip Taiwan Terhambat, Dunia Teknologi Bisa Sekarat?

Kompas.com - 14/06/2021, 11:41 WIB
Tito Hilmawan Reditya,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber CNN

TAIPEI, KOMPAS.com - Produksi chip di Taiwan, yang berkontribusi pada lebih dari setengah produksi chip dunia, dilaporkan terhambat karena krisis iklim, yang berujung kekurangan air.

Laporan panjang terbaru CNN menyebut, kalau produksi chip di Taiwan terhambat, pasti akan mempengaruhi pasokan chip global.

Bencana lingkungan sudah menjadi tantangan bagi pembuat chip di Taiwan, termasuk pemimpin industri chip, Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSM).

Baca juga: Ramalan Suram soal Kelangkaan Chip dari Intel dan Logitech

TSMC memakai 156 ribu ton air per hari untuk memproduksi chip. Ini setara dengan sekitar 60 kolam renang ukuran Olimpiade.

Air dipakai membersihkan puluhan lapisan logam, untuk membuat semikonduktor.

"Dalam sebuah chip, ada banyak miliaran transistor, dan kita membutuhkan banyak lapisan logam untuk menghubungkan semua sinyal," kata Jefferey Chiu, insinyur listrik di Universitas Nasional Taiwan.

"Kami harus membersihkan permukaan lagi dan lagi setelah setiap proses selesai," tambahnya.

Baca juga: Bisnis Semikonduktor Raup Untung di Tengah Kelangkaan Chip

Tapi, pihak berwenang Taiwan sudah membatasi pasokan air keran di seluruh pulau sebagai upaya hadapi kekeringan.

TSMC pun mencoba mengatasi hal tersebut dengan mengangkut air dalam truk serta meningkatkan tingkat daur ulang. Hal ini membuat produksi chip sejauh ini tidak terpengaruh.

"Melalui langkah-langkah konservasi air yang ada, kami dapat mengelola persyaratan pengurangan penggunaan air dari pemerintah, tanpa berdampak pada operasi kami," jelas pihak TSMC.

Di sisi lain, Waduk Baoshan Kedua di Taiwan utara, yang memasok air ke TSMC dan produsen chip lainnya di Taman Sains Hsinchu, hanya memiliki sekitar 30% dari penyimpanan air normalnya, meskipun dalam kondisi musim hujan.

Ini tentu berisiko memengaruhi produksi chip di Taiwan kedepannya. Bahkan, produksi chip semikonduktor yang jadi bagian tak terpisahkan dari segala bentuk teknologi dunia, mulai smartphone, mobil, hingga mesin cuci bisa terhambat.

Baca juga: Xiaomi dan Samsung Kolaborasi Bikin Chip Ponsel Baru?

Industri semikonduktor global saat ini memang berada di bawah banyak tekanan saat ini. Pasokan chip sangat terbatas, sebagian besar karena permintaan yang fluktuatif akibat pandemi, sanksi AS terhadap perusahaan teknologi China, dan cuaca ekstrem.

Semakin banyak perusahaan teknologi telah melaporkan kesulitan mengamankan semikonduktor. Menurut para analis, ini dapat menunda produksi atau menaikkan harga yang harus dibayar oleh konsumen.

Hal inilah yang membuat Taiwan punya posisi penting. Ancaman apapun, termasuk iklim dan kekurangan air, harus diantisipasi.

Baca juga: [HOAKS] Chip Microsoft Dimasukkan ke Vaksin Covid-19 Pfizer

Para ahli menyatakan, masalah kekurangan air ini bisa memburuk di masa depan. Perubahan iklim kemungkinan akan membawa lebih sedikit curah hujan ke Taiwan dalam beberapa dekade mendatang.

Hal ini berpotensi membatasi pengembangan chip Taiwan karena teknologi di balik semikonduktor saat ini lebih canggih. Produsen membutuhkan lebih banyak air selama proses kimia yang diperlukan untuk memproduksinya.

Baca juga: Sampai Kapan Taiwan Akan Menolak Bantuan Vaksin dari China?

Kekurangan air bukan satu-satunya masalah yang menghambat. Ada pula masalah pemadaman listrik, yang juga menganggu produksi chip.

Selain itu, kondisi Taiwan yang sedang dalam kebingungan menghadapi Covid-19, dengan banyak pekerja chip yang mengalami corona, membuat industri chip Taiwan semakin mengkhawatirkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com