Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sampai Kapan Taiwan Akan Menolak Bantuan Vaksin dari China?

Kompas.com - 29/05/2021, 18:52 WIB
Tito Hilmawan Reditya,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber BBC

TAIPEI, KOMPAS.com - Taiwan secara terang-terangan menolak bantuan vaksin dari China. Dilansir BBC (28/5/2021), sebagai tetangga dekat, China sudah menawarkan bantuan vaksin, mengingat lonjakan kasus Covid-19 di "Negeri Naga Kecil Asia" ini semakin meningkat.

Hal ini tentu sangat dilematis bagi para pemimpin Taiwan. Karena sampai detik ini, China masih belum mau mengakui Taiwan sebagai negara. Bahkan, China menganggap bahwa Taiwan masih bagian dari wilayahnya.

Keputusan Taipei yang masih kukuh menolak bantuan China rupanya disambut positif oleh warganya. Mereka mendukung pemerintah Taiwan karena dianggap menjaga kedaulatan nasional.

Baca juga: Gagal Amankan Vaksin BioNTech, Taiwan Salahkan China

Masalahnya, meskipun sempat menekan angka kasus Covid-19, banyak warga Taiwan yang belum terlindungi vaksin.

Sampai pertengahan Mei ini, Taiwan sudah mencatat kasus penularan sebanyak 1.500, dengan 12 penderita meninggal.

Hingga pekan ini, Taiwan baru menerima 700.000 dosis vaksin. Ini berarti, baru 1 persen dari total 23 juta populasi yang sudah divaksin.

Sebelumnya pada Selasa (25/05), Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Chen Shih-chung mengatakan, dua juta dosis, ditambah 10 juta dosis vaksin lagi, akan tiba masing-masing pada Juni dan Agustus mendatang.

Baca juga: Covid-19 di Taiwan dan Singapura Tiba-tiba Naik, Setelah Hampir Nol Kasus

Di sisi lain, sejumlah juru bicara pemerintah di Beijing menegaskan bahwa China bersedia mengirim vaksin ke Taiwan bila diperlukan. Tapi tentu saja ini jadi hal yang dilematis.

Profesor Steve Tsang, pengamat dari School of Oriental and African Studies di London, menyatakan bahwa penolakan Taiwan cukup beralasan.

Kalau Taiwan menerima bantuan vaksin, China akan dianggap lebih mampu menyelamatkan rakyat Taiwan dibanding pemerintahan mereka sendiri.

Sedangkan kalau menolak bantuan, Taiwan bisa dianggap tidak peduli dengan keselamatan rakyatnya.

Tekanan pun semakin bertambah saat banyak politikus dari partai oposisi Taiwan menyerukan agar Pemerintah Taiwan segera menerima bantuan vaksin, bahkan dari Beijing sekalipun. 

Mereka menegaskan bahwa musuh Taiwan saat ini bukanlah China, tapi Covid-19.

Baca juga: Dokumen Bocor Ungkap Rencana Nuklir Amerika Nuklir saat Krisis Taiwan

Pemerintah Taiwan menghadapi seruan ini dengan menyatakan bahwa bantuan China sebenarnya adalah jebakan.

Bahkan, pemerintah Taiwan menganggap China sengaja melakukan tindakan sabotase, menghambat pengiriman vaksin ke Taiwan.

Menyikapi hal ini, Profesor Tsang cenderung mendukung arah keputusan Pemerintah Taiwan.

Ini karena banyak warga Taiwan yang sebenarnya meragukan kualitas vaksin dari China. Ketidakpercayaan ini membuat warga menolak bantuan vaksin dari negeri tetangga satu rumpun itu.

Di sisi lain, Profesor Tsang yakin bahwa Taiwan mampu menghadapi lonjakan Covid-19 kali ini, mengingat beberapa waktu lalu, Taiwan pernah berhasil menekan dan mengendalikan wabah corona di negaranya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com