Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Aborigin Tertua di Australia, Bagaimana Hidupnya?

Kompas.com - 20/04/2021, 16:01 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Editor

SYDNEY, KOMPAS.com - Stephen Stewart telah melewati segala rintangan untuk menjaga budaya Aborigin tetap hidup selama lebih dari satu abad usianya.

Saat ini tingkat harapan hidup pria Aborigin, penduduk asli Australia adalah 71,6 tahun, tapi Stephen mungkin sudah berusia 109 tahun.

Ini Menjadikan Stephen yang dipercaya sebagai pria Aborigin tertua yang masih hidup di wilayah Pilbara, Australia Barat, bahkan mungkin di seluruh Australia.

Baca juga: Tambang Seng dan Timbal Rusak Situs Suci, Suku Aborigin Minta Ganti Rugi Pemerintah Australia

"Saya yang tersisa," ujar Stephen, pria suku Karajarri Nyangumarta.

"Semua orang yang lebih tua sudah meninggal," ujarnya.

Sampai hari ini, sesepuh suku Ngarla ini menghabiskan 4 bulan dalam setahun bepergian untuk berbagi pengetahuannya.

"Ini pekerjaan besar dan sulit juga," katanya.

"Tapi, kami harus mengikuti lore (adat istiadat) kami. Inilah yang membuat kita kuat dan itulah sebabnya saya masih hidup," tambahnya.

Baca juga: Muslim, China, dan Aborigin adalah Kelompok Minoritas yang Jadi Target Rasisme

Bukti tahun kelahirannya terukir

Bagi kebanyakan penduduk asli Australia yang lahir awal abad ke-20, tidak mungkin mendapatkan akta kelahiran.

Satu-satunya bukti sejarah usia Stephen adalah ukiran pada kincir angin tua di peternakan Wallal Downs Station, sekitar 300 kilometer selatan Broome.

Di besi berkarat itu tertulis "Stephen Stewart, 1918". Artinya, paling tidak usia Stephen sudah 103 tahun sekarang.

Aborigin tertua ini masih ingat mengukir namanya ketika berusia sekitar 6 tahun, saat mulai bekerja di peternakan.

"Kami bertugas menggiring ternak ke Meekatharra," ujarnya.

"Hanya seekor kuda di depan, ditunggangi oleh orang kulit putih, lalu kami semua berjalan, mengendalikan kawanan ternak dari belakang...dan saya tidak dibayar untuk itu," jelas Stephen.

Seperti kebanyakan warga pribumi yang lahir sebelum 1970, dia mendapati dirinya hidup di era saat warga Aborigin di Australia Barat dipaksa bekerja di peternakan dengan gaji yang dicurangi, mempekerjakan anak di bawah umur, dan perbudakan.

Baca juga: Ditemukan Fakta: Orang Aborigin Pernah Tinggal di Makassar pada Awal Abad 19

Nyaris dikirim kerja paksa ke pulau tahanan

Stephen lahir di Pardoo Station dan bekerja di sana sejak usia muda.

Namun ia nyaris dikirim ke Rottnest Island, pulau yang dijadikan tahanan bagi orang Aborigin.

Pulau itu, yang digunakan sebagai penjara hingga 1904 dan kamp kerja paksa hingga 1931, merenggut nyawa lebih dari 370 orang Aborigin.

Stephen bercerita, dia sedang berjalan ke sekolah di hari pertama pendidikan formalnya ketika dia dicegat oleh pihak berwenang.

"Polisi mengambil saya. Mereka bilang akan mengantar saya ke sekolah," katanya. Namun, Stephen berakhir di dalam sel tahanan di Port Hedland.

Ia tidak sadar dengan rencana menempatkannya di atas MV Koolinda, sebuah kapal uap yang mengangkut pekerja paksa ke Rottnest Island.

Berita dari mulut ke mulut akhirnya sampai ke Frank Thompson, pemilik Pardoo Station yang mempekerjakan Stephen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com