Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Aborigin Tertua di Australia, Bagaimana Hidupnya?

Kompas.com - 20/04/2021, 16:01 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Editor

Peternak terkenal itu memutuskan untuk mengambil kembali Stephen.

"Frank Thompson mendengar berita bahwa saya dalam perjalanan ke sekolah, tapi diambil di dekat Wallal, dan dibawa ke Port Hedland," kata Stephen.

"Frank dan dua paman saya datang dengan kuda menjemput saya," katanya.

Kapal MV Koolinda dijadwalkan berangkat dalam waktu 3 hari setelah Frank tiba di Port Hedland.

Ia pun langsung mengadopsi Stephen dan menyelamatkan hidupnya dari kerja paksa.

Baca juga: Pohon Keramat Aborigin Ditebang untuk Jalan Raya, Publik Australia Marah

Berjuang agar hak warga Aborigin dipenuhi

Sejak itulah Stephen membangun reputasinya sebagai seorang peternak dan pemimpin di Pardoo Station. Namun, kehidupan peternakan di Pilbara bukannya tanpa tantangan.

"Tidak pernah ada uang saat itu. Pekerja pribumi tak pernah dibayar," katanya.

"Saya mulai bekerja sejak masih kecil, tak lama setelah kehilangan ayah saya," ujarnya.

"Pekerjaan pertama saya adalah di Pardoo, di toko besar, di mana mereka memberi saya satu kunci pas untuk mengencangkan semua baut untuk tukang kayu," jelas Stephen.

"Kemudian saya dipromosikan ke pekerjaan besar. Saya membuat wisma tempat tinggal, yang masih ada di sana sampai hari ini," katanya.

Bekerja berjam-jam di bawah suhu 40 derajat dengan imbalan sangat kecil merupakan hal yang biasa dialami pekerja pribumi.

Pada 1 Mei 1946, sebanyak 800 pekerja termasuk Stephen, meninggalkan peternakan dan memulai Pemogokan Pilbara.

Tuntutan mereka untuk upah yang adil dan kondisi kerja yang baik, telah membuka jalan bagi diakuinya hak-hak pribumi di Australia.

"Kami menginginkan hak untuk hidup normal," kata Stephen, generasi terakhir dari yang tertua.

"Kami melakukan pekerjaan besar, mengumpulkan ternak, semuanya, dan kami menginginkan upah lebih baik. Jika bukan karena pemogokkan itu, kami tidak akan berada di sini hari ini," ujarnya. 

Setelah itu, Stephen bergabung dengan sahabatnya bernama Peter Coppin, menjalankan peternakan Yandeyarra.

Kedua pria ini kemudian dijuluki sebagai Nomor Satu dan Nomor Dua.

Pada 2021, julukan Nomor Dua masih melekat pada Stephen dan dikenal luas di Pilbara.

Baca juga: Suku Aborigin Ternyata Punya Motif Batik yang Mirip Indonesia

Penunggang kuda yang fenomenal

Stephen mengaku minatnya untuk menjadi penunggang kuda tak bisa dihindarkan.

"Saya ini penunggang kuda sepanjang hidup saya. Akhirnya saya menjadi joki," katanya. 

Pacuan kuda di Pilbara menjadi salah satu kegiatan ketika pekerjaan di peternakan berhenti.

Keluarga Aborigin menikmati momen ini karena mereka dapat terhubung kembali di arena pacuan kuda.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com