Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyandang Down Syndrome Diculik, Dimasukkan Peti Mati, dan Dikremasi Hidup-hidup

Kompas.com - 14/04/2021, 19:50 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber The Sun

LUFENG, KOMPAS.com - Seorang pria penyandang down syndrome di China diculik, dimasukkan peti mati, dan dikremasi hidup-hidup dalam kasus 2017.

Si pembunuh, hanya diidentifikasi bermarga Huang, menculik Lin Shaoren sehingga bisa dijual ke keluarga kaya demi mengakali aturan pemerintah.

Diwartakan South China Morning Post, Huang disewa oleh keluarga kaya di Lufeng, Provinsi Guangdong.

Baca juga: Sri Lanka Haruskan Semua Korban Covid-19 yang Meninggal Dikremasi, Tak Terkecuali Muslim

Berdasarkan laporan kasus di Pengadilan Tinggi Rakyat Guangdong, Huang disewa karena keluarga tidak ingin mengkremasi kerabat mereka.

Semua berawal ketika pria yang juga bermarga Huang meninggal karena penyakit kanker pada Feburari 2017.

Dalam wasiatnya dikutip The Sun Selasa (13/4/2021), Huang menginginkan agar jenazahnya dikubur, tidak dikremasi.

Lin Shaoren, penyandang down syndrome diculik pada 1 Maret ketika tengah memunguti sampah di jalanan.

Korban yang berusia 36 tahun dipaksa untuk minum alkohol dalam jumlah besar, dan dimasukkan ke peti mati dalam keadaan tidak sadar.

Di pengadilan, Huang mengungkapkan dia langsung memaku keempat sisi peti dan diserahkab ke keluarga Huang.

Baca juga: Jenazah Diego Maradona Diminta Tak Dikremasi, Ada Apa?

Lin kemudian dikremasi dalam keadaan hidup. Sementara Huang dilaporkan dimakamkan di lokasi rahasia.

Skema jahat pemalsuan jenazah

Kerabat Huang membayar si pembunuh 107.000 yuan (Rp 239,3 juta) untuk upaya jahat menipu pemerintah China.

Sebanyak 90.000 yuan (Rp 201,3 juta) masuk ke kantong Huang. Sementara sisanya dibayarkan ke perantara bermarga Wen.

Lin dinyatakan hilang selama dua tahun, sebelum keluarganya tahu dia menjadi korban pembunuhan di 2019.

Baca juga: Sri Lanka Dikecam Setelah 15 Muslim Korban Meninggal akibat Covid-19 Dikremasi

Diberitakan Sohu News, kasus tersebut terbongkar pada November 2019 setelah polisi memeriksa kamera pengawas.

Huang kemudian dijatuhi hukuman mati di Pengadilan Shanwei pada September 2020. Sempat mengajukan banding namun ditolak.

Pemakaman disebut dilarang di beberapa kota besar China, mengingat semakin sempitnya lahan yang ada.

Karena itu masyarakat diimbau menggunakan kremasi karena selain hemat, dianggap lebih ramah lingkungan.

Namun ada keluarga yang percaya, pemakaman bakal membuat kerabat mereka yang sudah meninggal tenang di alam baka.

Baca juga: Jenazah Gadis 19 Tahun yang Tewas Diperkosa Dikremasi Tanpa Seizin Keluarga

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com