Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Update Ledakan Bom Kantor Pemerintahan di China, Kepolisian Ungkap Pelaku dan Jumlah Korban

Kompas.com - 23/03/2021, 18:33 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

BEIJING, KOMPAS.com - Empat orang tewas akibat ledakan bom rakitan di sebuah kantor pemerintah desa di China selatan, dalam aksi protes sosial yang jarang terjadi di negara itu.

Seorang pria berusia 59 tahun diduga bertanggung jawab atas alat peledak itu. Pelaku juga tewas dalam ledakan tersebut, menurut keterangan polisi setempat di akun resmi Weibo mereka.

Dilaporkan juga terdapat lima orang terluka dalam ledakan tersebut.

Insiden itu terjadi di dekat kota selatan Guangzhou pada Senin pagi (22/3/2021) di desa kecil Mingjing.

Desa yang dihuni sekitar 3.000 penduduk ini, masuk dalam proyek pembangunan kembali properti utama, yang mengharuskan relokasi penduduk setempat.

Baca juga: Ledakan Besar di Kantor Pemerintahan China Beberapa Tewas dan Terluka

Sebuah video yang dibagikan di situs berita Jiemian menunjukkan kantor yang hancur, dengan darah berceceran di dinding dan setidaknya dua orang tidak bergerak di tanah.

Media lokal mengatakan ledakan itu terjadi di kantor komite desa, yang memutuskan hal-hal terkait dengan penggunaan lahan.

Guangzhou Daily melaporkan pejabat telah memberikan 270 hektar tanah kepada pengembang di Shanghai tahun lalu, untuk membangun kembali desa tua supaya dapat menarik wisatawan.

Proyek delapan miliar yuan (Rp 17,7 triliun) ini melibatkan relokasi petani yang berada di lahan tersebut.

Beberapa orang yang mengaku tinggal di dekat daerah itu melontarkan komentar secara online, mengatakan serangan itu dipicu oleh perselisihan soal kompensasi.

AFP tidak dapat memverifikasi secara independen bahwa keduanya terkait.

Baca juga: Ledakan di Kantor Pemerintah China Diduga Ulah Warga yang Geram

Tidak jelas berapa banyak keluarga yang akan direlokasi untuk proyek tersebut.

Para petani di “Negeri Tirai Bambu” telah menghadapi penggusuran paksa dan perampasan tanah ilegal selama beberapa dekade, karena negara itu berpacu menuju urbanisasi.

Hal ini seringkali menyebabkan keresahan sosial.

Pemerintah daerah telah mengambil lahan dari satu juta hingga lima juta pekerja pertanian setiap tahun antara tahun 2005 hingga 2015.

Pengambilan lahan seringkali melanggar undang-undang penggunaan lahan nasional, dengan sedikit atau tanpa kompensasi, menurut sebuah studi oleh Universitas Hong Kong.

Dalam perombakan besar-besaran terhadap undang-undang propertinya tahun lalu, China memberi hakim kebebasan yang lebih besar untuk memutuskan masalah tersebut.

Beijing juga membatasi pengaruh pejabat lokal, dan pengadilan pada akhirnya masih berpihak kepada Partai Komunis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com