Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahathir Mohamad Terbuka Kembali Kerja sama dengan Umno, tapi Ini Syaratnya...

Kompas.com - 16/01/2021, 08:10 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad mengatakan pada Jumat (15/1/2021) bahwa dia terbuka untuk bekerja lagi dengan mantan partai politiknya, Umno, tetapi dengan syarat.

Dia menyebutkan para pemimpin partai yang didakwa di pengadilan atas kejahatan apa pun, apakah mereka telah terbukti bersalah atau tidak, harus mundur dari peran kepemimpinan sebelum dia mempertimbangkan untuk bekerja sama.

“Ya, ya, mereka harus (mundur),” katanya saat wawancara langsung di Radio BFM pada Jumat (15/1/2021) seperti yang dilansir dari Malay Mail pada hari yang sama.

Baca juga: Dirumorkan Kembali Dukung Anwar Ibrahim, Mahathir Mohamad Beri Jawaban

"Saya tidak akan bekerja dengan orang-orang yang didakwa di pengadilan atas kejahatan, apakah mereka telah terbukti bersalah atau tidak," tambahnya.

Mahathir mengatakan itu akan mengecewakan, jika mereka yang menghadapi pengadilan akhirnya lolos tanpa hukuman.

“Orang-orang tahu bahwa mereka bersalah. Akan menjadi hari yang menyedihkan ketika seluruh dunia tahu orang-orang telah mencuri uang dan pengadilan berkata, tidak, mereka tidak mencuri," ujarnya.

Baca juga: Di Umur 95 Tahun, Mahathir Mohamad Kembali Calonkan Diri sebagai PM Malaysia

"Itu akan menjadi hari yang menyedihkan bagi peradilan kami," katanya tanpa menyebut nama siapa pun.

Mahathir sekarang mengepalai Parti Pejuang Tanah Air (Pejuang), setelah dia digulingkan dari Parti Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu) tahun lalu, meskipun menjadi salah satu anggota pendiri.

Mahathir mengundurkan diri sebagai perdana menteri dan Partai Bersatu tahun lalu, setelah Gerakan Sheraton, yang menyebabkan runtuhnya pemerintah Pakatan Harapan.

Baca juga: [Cerita Dunia] 17 Tahun Silam Mahathir Mohamad Pertama Kali Mundur dari Panggung Politik Malaysia

Baru setelah itu, ia membentuk Pejuang dengan sekelompok mantan pemimpin Bersatu pada September 2020.

Sebelumnya, pria nonagenarian ini telah menjadi anggota Umno selama lebih dari 60 tahun, menjabat sebagai perdana menteri selama 22 tahun, sebelum meninggalkan partai pada 2016 untuk membentuk Partai Bersatu.

Mantan perdana menteri ini secara terbuka mengakui selama wawancara itu bahwa karena Pejuang belum terdaftar sebagai partai politik resmi, maka mereka tidak akan bisa membentuk pemerintahan. Pekan lalu, tawarannya ditolak oleh Panitera Masyarakat.

Baca juga: Mahathir Mohamad Rela Uang Pensiun Dipotong demi Bantu Malaysia

Namun, dia bersikeras pada narasi partai yang lebih besar, memilih bekerja dengan Pejuang untuk membentuk mayoritas. Alih-alih mereka berusaha dimasukkan ke dalam koalisi yang lebih besar.

“Sebuah partai besar harus bekerja dengan kami untuk membentuk pemerintahan," ucapnya.

“Karena dalam pemilu kemungkinan besar baik kiri maupun kanan, baik Perikatan Nasional maupun Pakatan Harapan tidak akan mendapat mayoritas yang jelas,” imbuhnya.

Baca juga: Politisi Ini Sebut Mahathir Mohamad Biang Kerok Krisis Politik Malaysia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

AS Optimis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Global
OPCW: Tuduhan Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina Tidak Cukup Bukti

OPCW: Tuduhan Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina Tidak Cukup Bukti

Global
Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Global
Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Global
Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Global
Kesalahan Teknis, Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Kesalahan Teknis, Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Global
5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

Global
AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Pelantikan Putin

AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Pelantikan Putin

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com