WASHINGTON, KOMPAS.com - Pemerintah Amerika Serikat (AS) Donald Trump membuka informasi rahasia intelijen terkait ancaman kepada tentara AS di Afganistan.
Sejauh ini informasi yang belum dikonfirmasi mengindikasi bahwa China menawarkan hadiah kepada aktor non-negara, untuk menyerang tentara AS di Afganistan, menurut seorang pejabat senior pemerintah, melansir ABC News pada Jumat (1/1/2020).
Presiden Donald Trump telah diberi pengarahan tentang laporan intelijen yang tidak memiliki bukti itu, kata pejabat itu.
Axios pertama kali melaporkan intelijen pada Rabu (30/12/2020).
Baca juga: Kepala Intelijen AS: China Ancaman Terbesar Bagi Kebebasan
Seorang juru bicara kementerian luar negeri China, Wang Wenbin, pada Kamis (31/12/2020) membantah tuduhan tersebut. Wenbin menyebutnya sebagai "fitnah dan umpatan terhadap China" yang "benar-benar tidak masuk akal" dan "berita palsu."
Pengungkapan informasi rahasia dilakukan ketika pemerintahan Trump berusaha mempertahankan tekanan pada China selama beberapa minggu terakhir presiden menjabat.
Penasihat keamanan nasional AS Robert O'Brien secara lisan memberi pengarahan kepada presiden tentang informasi intelijen, yang juga termasuk dalam pengarahan untuk Trump pada 17 Desember, menurut pejabat itu.
Pejabat itu mengatakan berbagai badan pemerintah AS sedang bekerja untuk membuktikan informasi awal intelijen.
Baca juga: Agen Intelijen AS Dikabarkan Tewas di Somalia, CIA Bungkam
Pemerintah AS telah mengambil pendekatan yang sangat berbeda untuk informasi intelijen yang belum memiliki bukti itu.
Mereka membuka informasi rahasia ke publik dan mengonfirmasi bahwa tengah bekerja untuk mengonfirmasi kebenarannya.
Berbeda dengan dengan penolakan Gedung Putih pada laporan The New York Times selama musim panas. Saat itu dilaporkan Trump telah diberi pengarahan tentang informasi intelijen bahwa Rusia telah melakukan hal yang sama, dengan menawarkan hadiah untuk pasukan AS di Afghanistan.
Pada saat itu, Trump menolak laporan itu dan mengatakannya sebagai "tipuan." Sekretaris pers Gedung Putih, Kayleigh McEnany, mengkritik Times dan meremehkan intelijen yang mendasari informasinya sebagai laporan yang tidak terverifikasi.
Alih-alih menolak informasi yang sama seperti yang terjadi dalam kasus laporan tentang Rusia, pemerintah menggunakan intelijen untuk secara lebih terbuka mengejar China, yang digambarkan Trump sebagai musuh yang lebih besar daripada Rusia.
Baca juga: Kepala Intelijen AS: China, Rusia, dan Iran Berusaha Pengaruhi Pilpres AS Tahun Ini
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.