Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilpres AS Sudah Berlalu, YouTube Baru Tindak Video Menyesatkan

Kompas.com - 10/12/2020, 21:56 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

Sumber AP

WASHINGTON, KOMPAS.com - YouTube akan mulai menghapus konten baru yang mengeklaim kecurangan suara, atau kesalahan yang dapat mengubah hasil pilpres AS (pemilihan presiden Amerika Serikat).

Pernyataan itu disampaikan layanan video milik Google tersebut sebulan setelah pemilihan presiden AS, pada Rabu (9/12/2020).

Melansir AP, pihak YouTube menyampaikan bahwa hal itu sejalan dengan cara mereka menangani pemilu AS sebelumnya.

Selasa (8/12/2020) dinilai sebagai tenggat waktu yang aman dan sudah cukup banyak negara bagian yang mengesahkan hasil mereka, untuk menentukan Joe Biden sebagai pemenang pilpres Amerika Serikat.

YouTube diterpa kritik karena tidak berbuat banyak untuk mencegah penyebaran informasi sesat di platform-nya. Tidak seperti Twitter dan Facebook yang menerapkan langkah-langkah yang dinilai cukup berhasil.

Baca juga: Hasil Pilpres AS: Ajudan Trump Hampir Akui Kekalahan, Janjikan Transisi Mulus

Sampai Rabu kemarin, YouTube tetap mempertahankan konten tak berdasar tentang penipuan pemilu Amerika Serikat.

Tidak ada bukti kecurangan yang luas dalam pilpres Amerika Serikat 2020. Petugas pemilu juga memastikan tidak ada kejanggalan yang serius dan pemilihan presiden berjalan dengan baik.

Jaksa Agung William Barr pekan lalu mengatakan, Departemen Kehakiman belum mengidentifikasi kecurangan pemilih yang akan mengubah hasil pemilu Amerika Serikat.

Namun hal itu tidak menghentikan Presiden Donald Trump dan para pendukungnya untuk mengajukan gugatan.

Situs berita konservatif dan akun YouTube berperan penting dalam menyebarkan klaim ini.

Baca juga: Twitter Tandai 300.000 Twit Sesat Soal Pemilu Amerika Serikat

Salah satunya seperti video ponsel berdurasi 90 detik yang menunjukkan seorang pria menutup pintu mobil van putih, kemudian menggulirkan gerobak dengan kotak besar ke pusat pemilihan Detroit.

Video itu digunakan untuk menunjukkan penipuan, tetapi dengan cepat dikonfirmasi oleh organisasi berita dan pejabat publik.

Dinyatakan bahwa pria dalam video tersebut adalah jurnalis foto yang mengangkut peralatan kamera, bukan surat suara ilegal.

Namun dampaknya sejumlah pemilih tetap meyakini bahwa pilpres AS diwarnai kecurangan dan penyimpangan.

YouTube menyatakan, mereka berusaha menyeimbangkan antara tetap mengizinkan unggahan pidato politik dan memastikan platform-nya tidak disalahgunakan untuk menimbulkan kerugian di dunia nyata, atau menyebarkan informasi yang menyesatkan khalayak luas.

Baca juga: Biden Bantah Semua Konspirasi Trump di Twitter

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com