HANGA ROA, KOMPAS.com - Dengan memanfaatkan praktik kuno "tapu", yang disebut sebagai asal muasal kata "tabu", masyarakat Rapa Nui di Pulau Paskah menangkal virus corona setelah virus itu menembus wilayah mereka.
Sekitar awal Maret, seorang penumpang pesawat yang terinfeksi Covid-19 mendarat di bandara komersial paling terpencil di dunia di Pulau Paskah.
Melansir BBC Indonesia pada Jumat (6/11/2020), dia kemudian menginfeksi anggota komunitas adat Rapa Nui.
Wilayah seluas 164 km persegi di tengah Samudra Pasifik itu adalah wilayah Chile yang terkenal dengan 887 sosok manusia monolitiknya, yang dikenal sebagai moai.
Namun, dengan hanya 3 ventilator untuk melayani 7.750 warga, Wali kota Pedro Edmunds Paoa membuat keputusan sulit untuk membatalkan semua penerbangan yang masuk mulai 16 Maret, yang secara efektif mengakhiri musim pariwisata 2020.
Kasus di pulau tersebut bertambah menjadi total hanya 5 kasus setelahnya dan pada akhir April, virus tersebut telah diberantas sepenuhnya. Sementara daratan Chile menderita salah satu wabah paling parah di dunia.
Posisi Pulau Paskah yang terpencil, yakni 3.500 km di sebelah barat pantai Chile, tapi benar-benar membantu memutus penularan.
Edmunds Paoa memuji keberhasilan pulau itu karena satu tindakan pencegahan utama, yaitu tapu, tradisi Polinesia kuno yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Baca juga: Kepala Staf Trump Positif Virus Corona
"Tapu adalah tatanan suci untuk melindungi kesehatan kita, untuk melindungi hidup kita, dan untuk melindungi orang tua dan kebijaksanaan kuno mereka," jelasnya.
"Ini adalah bentuk disiplin yang berakar pada budaya Polinesia yang berkaitan dengan pembatasan, tetapi juga rasa hormat."
Wali kota mengatakan bahwa ketika dia menutup Pulau Paskah dari dunia luar, penduduk terbagi antara mereka yang mempercayainya dan mereka yang tahu kebijakan itu akan merusak ekonomi yang berbasis pariwisata.
"Saya harus menemukan cara untuk menyatukan warga karena satu-satunya musuh adalah virus dan satu-satunya cara untuk mengatasinya adalah dengan mengemukakan konsep kuno tapu," ujar Edmunds Paoa.
Tapu pada dasarnya adalah prinsip perawatan diri yang didasarkan pada penghormatan terhadap norma-norma alam, dengan batasan spiritual dan larangan yang diatur bersama.
Hal-hal yang menjadi tapu harus dibiarkan dan tidak boleh didekati, diganggu atau dalam beberapa kasus, bahkan didiskusikan dengan lantang.
Setelah berhasil menggunakannya sebagai bentuk karantina di masa-masa awal pandemi dengan membatasi pergerakan penduduk pulau untuk membatasi kontak sosial, pemerintah kini menghidupkan kembali prinsip kuno lain, umanga, atau kerja sama antar warga.