Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Putin Suntikan Dana Dukungan Rp 22,3 triliun untuk Presiden Lukashenko

Kompas.com - 15/09/2020, 09:51 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Aljazeera

MOSKWA, KOMPAS.com - Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyetujui untuk memberikan pinjaman 1,5 miliar dollar AS (Rp 22,3 triliun) kepada Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, saat kedua pemimpin negara itu melakukan pembicaraan pada Senin (14/9/2020).

Putin mengatakan dia pikir proposal Lukashenko untuk melaksanakan reformasi konstitusi adalah hal yang logis dan tepat waktu. Komentar Putin tersebut dalam pembicaraan kedua negara di Sochi Rusia, disiarkan di televisi.

Lukashenko tiba di Sochi untuk bertemu Putin pada Senin, ketika protes berlanjut di seluruh Belarusia untuk menuntut akhir pemerintahannya, setelah pemilihan 9 Agustus yang penuh kontroversi, menurut yang dilansir dari Al Jazeera pada Senin (14/9/2020).

Pesawat Lukashenko mendarat di wilayah Laut Hitam sehari setelah polisi menangkap 774 orang pada unjuk rasa anti-pemerintah di seluruh Belarusia, termasuk 500 orang di ibu kota, Minsk, kata kementerian dalam negeri Belarusia.

Baca juga: Presiden Lukashenko: Jika Belarus Tumbang, Rusia Selanjutnya

Setidaknya 100.000 pengunjuk rasa membanjiri jalan-jalan Minsk pada Minggun (13/9/2020).

Pada pertemuan tersebut, Lukashenko berterima kasih kepada Putin atas dukungannya, menandai pembicaraan tatap muka pertama antara mereka sejak pemilihan Belarusia yang kontroversi.

Putin memberi selamat kepada Lukashenko atas kemenangannya saat itu, tetapi kemudian menggambarkan pemungutan suara itu tidak ideal.

Tindakan presiden Rusia sejauh ini menunjukkan bahwa dia tidak memiliki keinginan untuk pemimpin negara tetangga bekas Soviet itu digulingkan oleh tekanan dari jalanan, bahkan jika Lukashenko sering terbukti sebagai sekutu yang tangguh dan sulit.

Baca juga: Presiden Belarus Hari Ini Temui Putin untuk Minta Dukungan Amankan Kekuasaan

Protes yang disertai aksi kekerasan, telah mencengkeram Belarusia selama 5 pekan sejak pemungutan suara, dengan tuntutan anti-Rusia terlihat di beberapa aksi unjuk rasa.

"Saya khawatir tentang niat Rusia untuk menegakkan kepentingannya di sini. Kami harus berteman dengan Rusia, tetapi tidak baik bagi negara-negara tetangga untuk terlibat dalam masalah internal kami," kata seorang pengunjuk rasa dalam kampanye pada Minggu (13/9/2020).

Katsiaryna Shmatsina dari Institut Studi Strategis Belarusia mengatakan kepada Al Jazeera, bahwa Lukashenko pada bulan ini telah menghabiskan semua alat yang dia gunakan untuk diterapkan pada tahun-tahun sebelumnya dalam penindasan skala besar terhadap para warganya.

"Orang-orang akan dipukuli, ditahan, dan kemudian ini akan mengurangi protes, tapi kali ini tidak berhasil," ujar Shmatsina.

Baca juga: Minggu Kelima Demo Anti-rezim Lukashenko, Massa Bawa Bendera Lama Belarus

Pada Senin, dewan hak asasi PBB setuju untuk menjadi tuan rumah dalam adu debat tentang laporan kekerasan di tangan pihak berwenang selama protes.

Pekan lalu, Lukashenko mengatakan, jika pemerintahannya jatuh, "Rusia akan menjadi yang berikutnya".

Hal itu disampikan diktator Belarusia dalam wawancara kepada wartawan Rusia, termasuk Margarita Simonyan, pemimpin redaksi saluran RT yang dikendalikan Kremlin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com