Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taiwan Bantah Statusnya sebagai Pengamat Akan Dibahas di Majelis Kesehatan Dunia

Kompas.com - 18/05/2020, 21:19 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

TAIPEI, KOMPAS.com - Taiwan pada Senin (18/5/2020) mengatakan, statusnya di Badan Kesehatan Dunia (WHO) tidak akan dibahas di rapat Majelis Kesehatan Dunia (WHA).

Menurut pemberitaan AFP, Taiwan menyebut pertemuan virtual yang membahas kebijakan tahunan WHO itu kali ini akan berfokus ke penanganan pandemi virus corona.

Taiwan terhitung sukses dalam menangani Covid-19, dengan mencatatkan 7 kematian dari sekitar 400 kasus infeksi.

Namun, pencapaian itu tidak membuat China mengubah pendiriannya, dengan tidak memperbolehkan Taiwan bergabung ke WHO.

Baca juga: Majelis Kesehatan Dunia Akan Bahas Status Pengamat Taiwan di WHO

China merasa Taiwan termasuk wilayahnya sendiri dan telah bersumpah akan mengambilnya kembali, secara paksa jika perlu.

Dalam beberapa tahun terakhir China telah berusaha menjauhkan Taiwan dari badan-badan internasional, termasuk WHO.

Akan tetapi kini semakin banyak negara termasuk Amerika Serikat (AS) yang meminta Taiwan untuk diberi keanggotaan, termasuk status pengamat di Majelis Kesehatan Dunia (WHA) yang dibuka pada Senin.

Baca juga: Polemik Taiwan Bukan Anggota WHO, Bagaimana Awalnya Terjadi?

Hampir 15 negara termasuk Belize, Guatemala, Kepulauan Marshall, dan Honduras, telah menulis surat kepada direktur jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, meminta agar partisipasi Taiwan ditambahkan dalam agenda rapat.

Namun pada Senin (18/5/2020), Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu mengatakan, "Negara-negara ingin memanfaatkan waktu yang terbatas ini untuk fokus ke cara-cara penanganan pandemi."

"Kami telah menerima masukan dari para sekutu kami dan negara-negara yang berpikiran sama, untuk menunggu sampai sesi dilanjutkan sebelum membicarakan lagi tawaran kami," ujar Wu dikutip dari AFP.

Baca juga: Taiwan Tolak Syarat Satu China untuk Ikut Rapat Besar WHO

Ia menambahkan bahwa para sekutu telah menawarkan untuk menggeser waktu pembicaraan topik tersebut saat pertemuan langsung di akhir tahun.

Banyaknya seruan agar Taiwan bergabung dalam pertemuan ini membuat China geram.

Taiwan - saat bernama Republik China - adalah anggota pendiri WHO ketika induk kesehatan dunia ini didirikan pada 1948.

Namun Taiwan disingkirkan pada 1972, setahun usai kehilangan "kursi China" di PBB untuk Republik Rakyat China.

Baca juga: China Marahi Selandia Baru, Tak Usah Ikut-ikutan Dukung Taiwan di WHO

Antara tahun 2009-2016 Beijing sempat mengizinkan Taiwan menghadiri WHA sebagai pengamat dengan nama Chinese Taipei.

Akan tetapi Beijing kembali "membekukan" Taiwan sejak pemilihan Presiden Tsai Ing-wen yang memandang Taiwan sebagai negara merdeka secara de facto, dan enggan menganut prinsip "Satu China".

Baca juga: Kisah Taiwan, Negara Non-Anggota WHO yang Sukses Atasi Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com