Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBB Bela WHO Setelah Dananya Ditangguhkan oleh Trump

Kompas.com - 15/04/2020, 13:23 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Al Jazeera

NEW YORK, KOMPAS.com - PBB memberikan pembelaan kepada Badan Kesehatan Dunia (WHO) setelah dananya ditangguhkan oleh Presiden AS Donald Trump.

Dalam konferensi pers harian di Gedung Putih, sang presiden memerintahkan jajarannya untuk membekukan dana bagi induk kesehatan dunia itu.

Dalam klaimnya, Trump menyatakan bahwa WHO gagal dalam menjalankan tugasnya, dan harus bertanggung jawab atas segala perbuatan mereka.

Baca juga: Trump Resmi Tangguhkan Dana untuk WHO di Tengah Wabah Covid-19

Dia menuduh organisasi itu mendukung "disinformasi" China mengenai virus corona, yang berakibat wabah tersebut menjangkiti seluruh dunia.

Presiden 73 tahun itu mengatakan, Gedung Putih akan terus bekerja sama dengan WHO dalam mengejar apa yang dia sebut sebagai reformasi berarti.

Dia menambahkan, dana yang ditangguhkan itu bisa dicairkan lagi sembari Washington meninjau seperti apa peringatan organisasi itu akan virus corona dan Beijing.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres merespons ucapan Trump dengan menyatakan, saat ini bukan waktunya mengurangi pendanaan WHO atau organisasi lain di tengah pandemi.

"Saat ini adalah waktunya persatuan dan kerja sama komunitas internasional untuk menghentikan virus dan konsekuensinya," tegasnya.

Baca juga: Trump Klaim Punya Kekuasaan Total untuk Cabut Lockdown Covid-19

Dilansir Al Jazeera Selasa (14/4/2020), organisasi yang dipimpin Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus itu tidak merespons pengumuman dari Trump.

Dr Nahid Bhadelia, pakar penyakit menular di Universitas Boston berujar, penangguhan dana bagi banda kesehatan seperti WHO bakal memberi bencana.

"Memotong 15 persen (kontribusi AS) atas anggaran WHO selama wabah terbesar dalam 100 tahun terakhir ini jelas merupakan bencana," kata Bhadelia di Twitter.

Dia menjelaskan, WHO adalah mitra teknis global, di mana negara berdaulat membagi data atau teknologi, dan menjadi mata dunia di tengah pandemi.

Baca juga: Gubernur New York: Kami Tidak Punya Raja Trump, Kami Punya Presiden Trump

Permainan menyalahkan

Presiden ke-45 AS, yang mendapat tekanan hebat karena dianggap lambat menangani Covid-19, terlibat ketegangan dengan WHO dalam sepekan terakhir.

Saat ini, AS adalah episentrum Covid-19 dunia, dengan melaporkan lebih dari 600.000 kasus positif dan korban meninggal mencapai 26.000.

Sebelumnya, Tedros sempat menuturkan bahwa bukan saatnya saling menyalahkan di tengah wabah yang terdeteksi pertama di Wuhan, China, tersebut.

"Fokus semua politisi adalah menyelamatkan rakyat mereka. Mohon jangan mempolitisasi virus ini," pintanya dalam jumpa pers di Jenewa pekan lalu.

Dia memperingatkan jika ada pihak yang masih terus mempolitisasi, maka negaranya akan terus mengalami lonjakan kasus maupun kematian.

Tedros, mantan Menteri Luar Negeri Etiopia, menolak tuduhan Trump bahwa WHO terlalu "China-sentris". "Kami dekat dengan semua bangsa. Warna kami berbaur," tegasnya.

Baca juga: Diisukan Berencana Pecat Pejabat Top Kesehatan AS, Trump Marah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com