KOMPAS.com - Banjarmasin terkenal dengan daerah yang lekat dengan kebudayaan Islam. Selain itu masyarakat di sana kerap melaksanakan perayaan atau ritual adat.
Pada acara ritual atau perayaan, masyarakat Banjarmasin kerap menyajikan berbagai jenis makanan.
Mengutip Jurnal Pendidikan Sosiologi Antropologi berjudul "Tradisi Makan Urang Banjar" oleh Alfisyah (2019), terdapat tiga jenis makanan pada perayaan adat di Banjarmasin.
Baca juga:
Seperti namanya, jenis makanan ini disuguhkan kepada para tamu yang hadir saat melakukan suatu perayaan di Banjarmasin.
Makanan yang dihidangkan bersifat berat dan mengenyangkan. Menu yang dihidangkan umumnya merupakan makanan tradisional khas Banjarmasin.
Terdapat empat makanan suguhan yang disajikan yaitu soto banjar, katupat kandangan (ketupat kandangan), nasi kuning, dan lapat.
Baca juga: Tips Masak Soto Banjar agar Harum dan Kaya Rasa
Makanan sajian (sesajen) dihidangkan oleh masyarakat Banjarmasin pada saat upacara adat atau keagamaan tetapi bukan untuk disantap sebagai makanan utama.
Jenis makanan ini khusus untuk sajian (sesajen) saat upacara. Meskipun setelah upacara makanan tersebut masih boleh dimakan tetapi ada beberapa budaya yang tidak memperbolehkan.
Makanan sesajen dipandang sebagai konsep budaya, bukan sebagai konsep makanan, sehingga dianggap bukan makanan.
Masyarakat Banjaramasin percaya, makanan sesajen ini disuguhkan agar kegiatan atau upacara yang akan dilaksanakan tidak diganggu oleh makhluk halus atau makhluk gaib.
Biasanya, makanan ini disajikan di tengah-tengah upacara dan diletakkan di depan peserta.
Makanan sesajen biasanya sejenis wadai (kue). Jenis makanan tradisional Banjar yang dijadikan sesajen yaitu tapai, apam, cincin, dan lamang.
Baca juga: Mengenal Bubur Asyura Khas Banjar yang Muncul Setiap 10 Muharram