Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Hanya Andalkan Buku, Ini Cara Guru Basuki Bangun Kesenangan Belajar Murid

Kompas.com - 25/07/2022, 13:52 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Usia yang telah menginjak lima puluh tahun, di tengah lamanya masa mengajar, tak menyurutkan semangat Akhmad Basuki untuk terus belajar menyuguhkan pembelajaran yang sesuai dengan zaman di mana para muridnya bertumbuh.

“Tidak ada yang tidak mungkin. Saat ini (saya) punya confident. Mau mengajar, sharing dengan guru lain, tidak ada masalah,” ujar Basuki yang merupakan seorang Guru Penggerak dari SMPN 1 Banjarmasin, dilansir dari laman Kemendikbud Ristek.

Sejak mengajar dari tahun 1999, Basuki mengaku kalau dahulu dirinya adalah seorang yang tertutup.

Bahkan, dengan sesama rekan guru mata pelajaran bahasa Inggris pun, ia merasa sulit berkomunikasi.

Baca juga: Kalau Guru Berhenti Belajar, Selesai Sudah Pendidikan Indonesia

Namun, setelah menjadi Guru Penggerak, ia tidak ragu bertanya dan bekerja sama, saling berbagi perangkat atau teknik mengajar, dengan sesama guru.

Awal mula Basuki mengikuti Guru Penggerak berawal dari rutinitas Basuki membuka Sistem Informasi Manajemen untuk Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (SIMPKB).

Dari situlah Basuki melihat informasi mengenai program Guru Penggerak dan memberanikan diri untuk mendaftar.

Dengan dukungan sekolah, Basuki pun resmi mengikuti pendidikan Guru Penggerak Angkatan 2 pada 2021.

Meskipun pada awalnya merasa berat harus menjalani pendidikan selama sembilan bulan, tetapi dengan adanya lokakarya-lokakarya serta bantuan fasilitator dan instruktur, Basuki justru merasakan waktu berjalan singkat.

Ia menikmati walaupun terkadang harus terjaga sampai pukul dua atau tiga dini hari untuk menyelesaikan tugas-tugas selama pendidikan, karena hanya itulah waktu yang ia punya selepas mengajar anak-anak dari pagi sampai siang hari.

Baca juga: Guru Penggerak: Tugas Guru Menuntun Murid, Bukan Menuntut Nilai Tinggi

Kini, banyak perubahan yang Basuki rasakan, baik dalam cara mengajar maupun meningkatkan kemampuan diri.

Di kelas, mata pelajaran bahasa Inggris yang ia ampu tidak lagi mengandalkan membaca buku sepenuhnya.

Siswa lebih banyak membuat proyek-proyek yang memberi mereka kebebasan untuk mengeksplorasi minat, hobi, dan lingkungan sekitar.

Pada tugas akhir misalnya, Basuki menugaskan para siswa untuk menceritakan pengalaman mereka di tempat wisata, pusat perbelanjaan, bermain game, dan lain sebagainya, dalam bahasa Inggris.

“Ya enggak apa-apa, yang penting kan prosesnya. Itu kemudian kita tampilkan (videonya), mereka ketawa sendiri, malah senang begitu,” ujar Basuki.

Di sisi lain, kini Basuki mengaku lebih terbuka dalam mempelajari teknologi informasi.

Karena keinginan kuat untuk dapat mengimbangi siswa-siswanya yang lebih melek teknologi, Basuki berusaha meningkatkan kemampuannya.

Baca juga: Cerita Guru Kiswanto Mengajar Jarak Jauh Murid SD Tanpa Internet

Selain melalui lokakarya dan bertanya dengan rekan guru di SMP Negeri 1 Banjarmasin, Basuki pun belajar secara mandiri.

“Saya mau enggak mau harus bisa. Bagaimana (caranya) bisa? Ya belajar. Bagaimana belajarnya? Akhirnya YouTube-lah sebagai teman,” tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com